Pendidikan kejuruan/vokasi dapat dilangsungkan
dengan berbagai cara dan bentuk. Kondisi sosial dan historis yang berbeda-beda
termasuk dalam berbagai bentuk pendidikan yang pada dasarnya dapat dibedakan
dalam dua kelompok pendidikan. Sehingga harus dipertimbangkan keterbatasan dana
bagi pengembangan pendidikan vokasi. Sebagai Negara berkembang, dan sangat luas
dengan berbagai karakteristik, masih perlu menyiapkan lebih banyak sarana
pendidikan vokasi yang murah dan terjangkau, relevan dengan kebutuhan
daerah/wilayah,yang sesuai dengan kondisi daerah itu sendiri (potensi sosial
ekonomi). (James Sumayku,
2016)
Jenis model pendidikan berbasis vokasi seperti
pendidikan formal dan informal, belajar ditempat kerja dan sekolah, pengenalan
tempat kerja dan praktikum, pendidikan kejuruan dasar dan spesialisasi dan
model belajar bidang vokasi menurut prinsip blok. Model yang dikembangkan dalam
kajian ini yaitu pendidikan formal dan pelibatan pendidikan non formal di dalam
pelaksanaannya. Pada perencanaan pendidikan terdapat dua model yaitu terbuka
dan tertutup, secara garis besar pendidikan tertutup yaitu semua proses
perencanaan dilakukan secara terpusat tanpa
melibatkan stakeholder ataupun guru sebagai pelaksana di lapangan. Pendidikan
dengan perencanaan model terbuka yaitu mencakupmodel pendidikan berbasis vokasi
dan perencanaannya. (James Sumayku, 2016)
Strategi pembelajaran yang
diterapkan sangat tergantung di mana tempat pendidikan berlangsung. Jika tempat
pendidikan di sekolah/kampus pendidikan vokasi , maka strategi-strategi di
bawah ini relevan untuk dipakai. Namun, jika tempat pendidikan di DUDI dan di
teaching factory, maka strategi yang paling tepat adalah learning by doing,
dengan diikuti metode evaluasi performance test. Untuk memberikan gambaran
strategi pembelajaran mana yang akan dipilih di sekolah, di bawah ini
disampaikan contoh-contoh strategi pembelajaran yang bisa dipakai. (Widarto, 2010)
1. Teori dan praktek komunikasi
(presentasi dan diskusi)
2. Aplikasi teori matematika
dalam kehidupan sehari-hari
3. Teori dan aplikasi computer
untuk berbagai keperluan
4. Melakukan penelitian
laboratorium/lapangan
5. Membuat karya ilmiah dalam
bahasa Indonesia Baku
6. Teori dan praktek bahasa
Inggris (reading, listening, conversation)
7. Project work dan praktek
kewirausahaan
8. Praktek kejuruan di
bengkel/laboratorium/lapangan
Model pendidikan dengan pola ini yaitu semua
pendidikan non formal dibawah supervise pendidikan formal SMK yang bertanggung
jawab kepada Dinas Pendidikan Kota/Kabupaten. Dengan demikian peran SMK semakin
besar selain turut terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan, juga dalam asesmen/evaluasi.
Hubungan timbal-balik dari pendidikan formal dan beberapa pendidikan non formal
dapat menjadikan mutu pendidikan formal semakin berkualitas dan dapat
dipertanggung jawabkan. Disisi lain
pendidikan formal akan semakin maju, dengan adanya hubungan timbal balik
tersebut, karena lebih banyak bidang keahlian yang bisa dijadikan masukan
pengembangan pendidikan formal. Lebih khusus model pola bersama/atau pendidikan
vokasi yang ideal bagi negara berkembang. (James Sumayku, 2016)
Beberapa hal positif pada pendidikan non formal
digabung dengan beberapa hal positif di pendidikan formal dan mengeliminasi
hal-hal negative pada kedua pola tersebut. Pola pelaksanaan pendidikan non
formal dan formal dijadikan satu dalam penyelenggaraan, dapat menjadi suatu
pola alternatif. Semua pendidikan non formal dibawah supervisi pendidikan formal
dimana pendidikan tersebut berada. Supervise menyangkut aspek pelaksanaan,
kerja praktek, pertukaran instruktur, evaluasi hasil belajar. Keuntungan dari
pola ini yaitu SMK di suatu daerah tidak perlu diperbanyak, dengan anggaran
yang besar. Pengembangan SMK dapat dilakukan khusus sesuai dengan potensi SDA/SDM.
Maupun terobosan-terobosan seperti : pengembangan model penerimaan/seleksi yang
baku dengan mempertimbangkan beberapa factor ergonomis; pengembangan model
perencanaan kurikulum yang dinamis, pengembangan staf akademis melalui
sertifikasi, magang, pendidikan lanjut dll. Pengembangan pola penyelenggaraan
pendidikan yang modern dan terakreditasi (ISO), pengembangan kerjasama dengan
dunia industry/usaha. Kemitraan dalam praktek kerja industry, kerja sama dengan
pendidikan sejenis di luar negeri, pngembangan system asesmen/evaluasi yang mandiri
dll. (James Sumayku, 2016)
Referensi :
http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/download/110/104
http://staffnew.uny.ac.id/upload/131808327/penelitian/Model+Pendidikan+Vokasi.pd