GALERY

Senin, 08 Mei 2017

Model Pembelajaran di Sekolah Vokasi



Pendidikan kejuruan/vokasi dapat dilangsungkan dengan berbagai cara dan bentuk. Kondisi sosial dan historis yang berbeda-beda termasuk dalam berbagai bentuk pendidikan yang pada dasarnya dapat dibedakan dalam dua kelompok pendidikan. Sehingga harus dipertimbangkan keterbatasan dana bagi pengembangan pendidikan vokasi. Sebagai Negara berkembang, dan sangat luas dengan berbagai karakteristik, masih perlu menyiapkan lebih banyak sarana pendidikan vokasi yang murah dan terjangkau, relevan dengan kebutuhan daerah/wilayah,yang sesuai dengan kondisi daerah itu sendiri (potensi sosial ekonomi). (James Sumayku, 2016)
Jenis model pendidikan berbasis vokasi seperti pendidikan formal dan informal, belajar ditempat kerja dan sekolah, pengenalan tempat kerja dan praktikum, pendidikan kejuruan dasar dan spesialisasi dan model belajar bidang vokasi menurut prinsip blok. Model yang dikembangkan dalam kajian ini yaitu pendidikan formal dan pelibatan pendidikan non formal di dalam pelaksanaannya. Pada perencanaan pendidikan terdapat dua model yaitu terbuka dan tertutup, secara garis besar pendidikan tertutup yaitu semua proses perencanaan dilakukan secara terpusat  tanpa melibatkan stakeholder ataupun guru sebagai pelaksana di lapangan. Pendidikan dengan perencanaan model terbuka yaitu mencakupmodel pendidikan berbasis vokasi dan  perencanaannya. (James Sumayku, 2016)
Strategi pembelajaran yang diterapkan sangat tergantung di mana tempat pendidikan berlangsung. Jika tempat pendidikan di sekolah/kampus pendidikan vokasi , maka strategi-strategi di bawah ini relevan untuk dipakai. Namun, jika tempat pendidikan di DUDI dan di teaching factory, maka strategi yang paling tepat adalah learning by doing, dengan diikuti metode evaluasi performance test. Untuk memberikan gambaran strategi pembelajaran mana yang akan dipilih di sekolah, di bawah ini disampaikan contoh-contoh strategi pembelajaran yang bisa dipakai. (Widarto, 2010)
1. Teori dan praktek komunikasi (presentasi dan diskusi)
2. Aplikasi teori matematika dalam kehidupan sehari-hari
3. Teori dan aplikasi computer untuk berbagai keperluan
4. Melakukan penelitian laboratorium/lapangan
5. Membuat karya ilmiah dalam bahasa Indonesia Baku
6. Teori dan praktek bahasa Inggris (reading, listening, conversation)
7. Project work dan praktek kewirausahaan
8. Praktek kejuruan di bengkel/laboratorium/lapangan
Model pendidikan dengan pola ini yaitu semua pendidikan non formal dibawah supervise pendidikan formal SMK yang bertanggung jawab kepada Dinas Pendidikan Kota/Kabupaten. Dengan demikian peran SMK semakin besar selain turut terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan, juga dalam asesmen/evaluasi. Hubungan timbal-balik dari pendidikan formal dan beberapa pendidikan non formal dapat menjadikan mutu pendidikan formal semakin berkualitas dan dapat dipertanggung jawabkan.  Disisi lain pendidikan formal akan semakin maju, dengan adanya hubungan timbal balik tersebut, karena lebih banyak bidang keahlian yang bisa dijadikan masukan pengembangan pendidikan formal. Lebih khusus model pola bersama/atau pendidikan vokasi yang ideal bagi negara berkembang. (James Sumayku, 2016)
Beberapa hal positif pada pendidikan non formal digabung dengan beberapa hal positif di pendidikan formal dan mengeliminasi hal-hal negative pada kedua pola tersebut. Pola pelaksanaan pendidikan non formal dan formal dijadikan satu dalam penyelenggaraan, dapat menjadi suatu pola alternatif. Semua pendidikan non formal dibawah supervisi pendidikan formal dimana pendidikan tersebut berada. Supervise menyangkut aspek pelaksanaan, kerja praktek, pertukaran instruktur, evaluasi hasil belajar. Keuntungan dari pola ini yaitu SMK di suatu daerah tidak perlu diperbanyak, dengan anggaran yang besar. Pengembangan SMK dapat dilakukan khusus sesuai dengan potensi SDA/SDM. Maupun terobosan-terobosan seperti : pengembangan model penerimaan/seleksi yang baku dengan mempertimbangkan beberapa factor ergonomis; pengembangan model perencanaan kurikulum yang dinamis, pengembangan staf akademis melalui sertifikasi, magang, pendidikan lanjut dll. Pengembangan pola penyelenggaraan pendidikan yang modern dan terakreditasi (ISO), pengembangan kerjasama dengan dunia industry/usaha. Kemitraan dalam praktek kerja industry, kerja sama dengan pendidikan sejenis di luar negeri, pngembangan system asesmen/evaluasi yang mandiri dll. (James Sumayku, 2016)
Referensi : 
http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/APTEKINDO/article/download/110/104
http://staffnew.uny.ac.id/upload/131808327/penelitian/Model+Pendidikan+Vokasi.pd

Tidak ada komentar:

Posting Komentar