GALERY

Senin, 27 Maret 2017

Taksonomi Bloom Revisi


Taksonomi Bloom telah dikenal lama dan digunakan oleh guru di Indonesia untuk mendesain tujuan pembelajaran serta asesmen. Namun Anderson dan krathwohl telah berhasil mengembangkan taksonomi tersebut dengan merevisi taksonomi tersebut menjadi taksonomi belajar mengajar dan asesmen. Taksonomi tersebut direpresentasikan dalam dua dimensi yaitu dimensi proses kognitif dan dimensi pengetahuan. Dimensi kognitif meliputi: (1) mengingat, (2) memahami, (3) menerapkan, (4) menganalisis, (5) mengevaluasi, (6) mencipta.  Dimensi pengetahuan meliputi: (1) pengetahuan faktual, (2) pengetahuan konseptual, (3) pengetahuan prosedural, (4) pengetahuan metakognitif. ( Imam Gunawan, 2008)
Taksonomi berasal dari bahasa Yunani tassein berarti untuk mengklasifikasi dan nomos yang berarti aturan. Taksonomi berarti klasifikasi berhirarkhi dari sesuatu atau prinsip yang mendasari klasifikasi. Suatu contoh taksonomi hewan, taksonomi tumbuhan dan yang akan dibahas dalam makalah ini taksonomi belajar mengajar dan menilai.  (Wikipedia, 2016)
Cukup lama kita mengenal Taksonomi Tujuan Pendidikan (Educational Objective Taxonomy) dari Bloom, yang biasa dikenal dengan Taksonomi Bloom. Taksonomi itu menunjukkan adanya 6 buah tingkatan knowledge, comprehension, application, analysis, synthesis, dan evaluation yang sudah biasa kita simbulkan dengan C1, C2, C3, C4, C5, dan C6.  Taksonomi itu menjadi sering digunakan untuk membuat kisi-kisi tes, baik tes formatif maupun tes sumatif. Tidak jarang juga digunakan untuk merancang tes objektif tertentu.
HASIL PERUBAHAN TAKSONOMI BLOOM MENJADI TAKSONOMI  BELAJAR, MENGAJAR  DAN  MENILAI.
Bila diperhatikan pada dimensi proses kognitif maka tetap, terdapat 6 tingkatan yang serupa dengan 6 tingkatan dari Bloom, tetapi ada perubahan pada tingkatan pertama (C1) yang “pecah menjadi dua” dan memunculkan dimensi pengetahuan, dan aspek kata kerja. Selain itu, terjadi perubahan pada C5 dan C6, yakni  C5 menjadi evaluate atau “mengevaluasi” dan C6 menjadi create  atau “menciptakan”
Penggunaan dimensi itu memperjelas adanya taksonomi belajar, mengajar dan asesmen. Jadi tidak lagi taksonomi tujuan pendidikan. Sedangkan aspek tujuan akan berada dalam petak-petak koordinat itu. (Yuni Katminingsih, 2012)
Dimensi proses kognitif
Dimensi pertama dalam dimensi kognitif  terdiri atas 6 buah tingkatan (Suwarto ,2010)  , yaitu:
1.       Mengingat (remember): Mengingat (memanggil)  kembali pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang.
2.      Mengerti (understand): Mengkonstruk makna dari pesan pembelajaran, termasuk komunikasi lisan, tertulis, dan grafis.
3.      Mengaplikasikan (apply): Melaksanakan atau menggunakan prosedur dalam situasi tertentu (yang diberikan)
4.      Menganalisis (analyze): Memecah materi ke dalam bagian-bagian penyusunnya, dan menentukan bagaimana bagian-bagian tersebut  saling berhubungan satu sama lain.
5.      Mengevaluasi (evaluate:  Melakukan penilaian berdasarkan kriteria dan standar tertentu.
6.      Menciptakan (create): Menempatkan beberapa elemen secara bersama-sama untuk membangun suatu keseluruhan yang logis dan fungsional, dan mengatur elemen-elemen tersebut ke dalam pola atau struktur yang baru.
Dimensi pengetahuan
Sedangkan dimensi pengetahuan terdiri atas 4 buah tingkatan (Ana Ratna, 2010)  yaitu:
1.         Pengetahuan Faktual (Factual Knoweledge): Pengetahuan tentang elemen dasar yang harus diketahui siswa untuk mengenal suatu disiplin ilmu atau untuk menyelesaikan masalah di dalamnya.
2.         Pengetahuan Konseptual (Conceptual Knowledge): Pengetahuan tentang hubungan timbal balik antara elemen-elemen dasar dalam suatu struktur yang memungkinkan elemen-elemen tersebut berfungsi secara bersama-sama.
3.         Pengetahuan Prosedural (Procedural Knowledge): Pengetahuan tentang bagaimana melakukan suatu hal, metode dan inquiri, dan kriteria untuk menggunakan suatu keterampilan, algoritma, teknik dan suatu metode.
4.         Pengetahuan Metakognitif (Metacognitive Knowledge): Pengetahuan  kognisi secara umum seperti kesadaran dan pengetahuan tentang  kognisinya itu sendiri.
Dimensi Proses Afektif
♦ Receiving/Attending/Penerimaan
Kategori ini merupakan tingkat afektif yang terendah yang meliputi penerimaan masalah, situasi, gejala, nilai dan keyakinan secara pasif.Penerimaan adalah semacam kepekaan dalam menerima rangsanagn atau stimulasi dari luar yang datang pada diri peserta didik. Hal ini dapat dicontohkan dengan sikap peserta didik ketika mendengarkan penjelasan pendidik dengan seksama dimana mereka bersedia menerima nilai-nilai yang diajarkan kepada mereka danmereka memiliki kemauan untuk menggabungkan diri atau mengidentifikasi diri dengan nilai itu.
♦ Responding/Menanggapi
Kategori ini berkenaan dengan jawaban dan kesenangan menanggapi atau merealisasikan sesuatu yang sesuai dengan nilai-nilai yang dianut masyarakat. Atau dapat pula dikatakan bahwa menanggapi adalah suatu sikap yang menunjukkan adanya partisipasi aktif untuk mengikutsertakan dirinya dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya dengan salah satu cara. Hal ini dapat dicontohkan dengan menyerahkan laporan tugas tepat pada waktunya.
♦ Valuing/Penilaian
Kategori ini berkenaan dengan memberikan nilai, penghargaan dan kepercayaan terhadap suatu gejala atau stimulus tertentu. Peserta didik tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan akan tetapi berkemampuan pula untuk menilai fenomena itu baik atau buruk. Hal ini dapat dicontohkan dengan bersikap jujur dalam kegiatan belajar mengajar serta bertanggungjawab terhadap segala hal selama proses pembelajaran.
♦ Organization/Organisasi/Mengelola
Kategori ini meliputi konseptualisasi nilai-nilai menjadi sistem nilai, serta pemantapan dan prioritas nilai yang telah dimiliki. Hal ini dapat dicontohkan dengan kemampuan menimbang akibat positif dan negatif dari suatu kemajuan sains terhadap kehidupan manusia.
♦ Characterization/Karakteristik
Kategori ini berkenaan dengan keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Proses internalisais nilai menempati urutan tertinggi dalam hierarki nilai. Hal ini dicontohkan dengan bersedianya mengubah pendapat jika ada bukti yang tidak mendukung pendapatnya. (SantiSusanti, 2013)
 Dimensi Proses Psikomotor
Ranah Psikomotorik meliputi gerakan dan koordinasi jasmani, keterampilan motorik dan kemampuan fisik. Ketrampilan ini dapat diasah jika sering melakukannya. Perkembangan tersebut dapat diukur sudut kecepatan, ketepatan, jarak, cara/teknik pelaksanaan. Ada tujuh kategori dalam ranah psikomotorik mulai dari tingkat yang sederhana hingga tingkat yang rumit. (Astina Riyana, 2015)
a.       Peniruan – P1
Terjadi ketika siswa mengamati suatu gerakan. Mulai memberi respons serupa dengan yang diamati. Mengurangi koordinasi dan kontrol otot-otot saraf. Peniruan ini pada umumnya dalam bentuk global dan tidak sempurna.
b.      Manipulasi – P2
Menekankan perkembangan kemampuan mengikuti pengarahan, penampilan, gerakan-gerakan pilihan yang menetapkan suatu penampilan melalui latihan. Pada tingkat ini siswa menampilkan sesuatu menurut petunjuk-petunjuk tidak hanya meniru tingkah laku saja.
c.       Ketetapan – P3
Memerlukan kecermatan, proporsi dan kepastian yang lebih tinggi dalam penampilan. Respon-respon lebih terkoreksi dan kesalahan-kesalahan dibatasi sampai pada tingkat minimum.
d.      Artikulasi – P4
Menekankan koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan membuat urutan yang tepat dan mencapai yang diharapkan atau konsistensi internal di natara gerakan-gerakan yang berbeda.
e.       Pengalamiahan – P5
Menurut tingkah laku yang ditampilkan dengan paling sedikit mengeluarkan energi fisik maupun psikis. Gerakannya dilakukan secara rutin. Pengalamiahan merupakan tingkat kemampuan tertinggi dalam domain psikomotorik.
Bagaimana Cara Menggunakan Taksonomi Bloom?
Dalam kaitannya dengan tugas pengajar/widyaiswara dalam menyusun kurikulum, pemilihan kata kerja kunci yang tepat memegang peranan penting dalam menjelaskan tujuan program diklat, kompetensi dasar dan indikator pencapaian agar konsep materi tersampaikan secara effektif. Kata kerja kunci tersebut merupakan acuan bagi instruktur dalam menentukan kedalaman penyampaikan materi, apakah cukup memahami saja, mendemonstrasikan, menilai, dan sebagainya. (Retno Utari, 2013)
Langkah-langkah yang harus digunakan dalam menerapkan Taksonomi Bloom adalah sebagai
berikut:
1.      Tentukan tujuan pembelajaran
2.      Tentukan kompetensi pembelajaran yang ingin dicapai apakah peningkatan knowledge, skills atau attitude. Dalam hal ini perlu dipertimbangkan karakteristik mata diklat, dan peserta didik
3.      Tentukan ranah kemampuan intelektual sesuai dengan kompetensi pembelajaran.
a.       Ranah kognitif : Tentukan tingkatan taksonomi, apakah pada tingkatan Mengingat, Memahami,Menerapkan, Menganalisis, Menilai, Membuat.
b.      Ranah Psikomotorik : Kategorikan ranah tersebut, Pemilihan kata kerja kunci yang tepat memegang peranan penting dalam menjelaskan tujuan program diklat, kompetensi dasar dan indikator pencapaian agar konsep materi tersampaikan secara effektif. apakah termasuk Persepi, Kesiapan, Reaksi yang diarahkan, Reaksi natural (mekanisme), Adaptasi, Reaksi yang kompleks Kreativitas.
c.       Ranah Afektif: Kategorikan ranah tersebut, apakah termasuk penerimaan, Responsif, Nilai yang dianut (Nilai diri), Organisasi dan Karakterisasi.
4.      Gunakan kata kerja kunci yang sesuai, untuk menjelaskan instruksi kedalaman materi, baik pada tujuan program diklat, kompetensi dasar dan indikator pencapaian.
5.      Sebagai tambahan, untuk penerapan taksonomi bloom dalam ranah kognitif, dapat ditentukan pula media pembelajaran yang sesuai dengan mengacu pada Bloom’s Cognitive Wheel. Pilihan media pembelajaran ini dapat dilihat pada lingkaran terluar yang berwarna hijau.
Perubahan Terminologi Taksonomi (Sintha Faramita, 2014)
Kata Kerja Operasional ( Baru)
 

Sumber : Enggar, 2016
Referensi:
Gunawan, Imam. (2008). Jurnal Taksonomi Bloom Revisi Ranah Kognitif Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran, Dan Penilaian . Madiun (https://akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2008/01/revisi-taksonomi-bloom.pdf)
https://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi 
Suwarto. 2010. Dimensi Pengetahuan dan Dimensi Proses Kognitif dalam Pendidikan. Sukoharjo : Universitas Veteran Bangun Nusantara
Ratna, Ana. 2010. TAKSONOMI BLOOM-REVISI. FPMIPA UPI (http://file.upi.edu/Direktori/SPS/PRODI.PENDIDIKAN_IPA/197404171999032-ANA_RATNAWULAN/taksonomi_Bloom_revisi.pdf)
 Susanti, Santi. 2013. Taksonomi Bloom (Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor) serta Identifikasi Permasalahan Pendidikan di Indonesia. (https://santisusanti1995.wordpress.com/2013/12/10/taksonomi-bloom-ranah-kognitif-afektif-dan-psikomotor-serta-identifikasi-permasalahan-pendidikan-di-indonesia/)
Riyana, Astina. 2015. TAKSONOMI BLOOM (RANAH KOGNITIF, AFEKTIF, DAN PSIKOMOTOR) . (http://astinaelf.blogspot.co.id/2015/06/taksonomi-bloom-ranah-kognitif-afektif.html)
Utari, Retno. 2013. TAKSONOMI BLOOM Apa dan Bagaimana Menggunakannya?. Widyaiswara Madya. Pusdiklat KNPK
Katminingsih, Yuni. 2012. MENGENAL REVISI TAKSONOMI BLOOM OLEH ANDERSON DAN KRATHWOHL. Kediri. Universitas Nusantara PGRI (http://yunikatminingsih.blogspot.co.id/2012/10/2-mengenal-revisi-taksonomi-bloom-oleh.html)
Faramita, Sintha. 2014. (http://sfaramita.blogspot.co.id/2014_11_01_archive.html)