Taksonomi Bloom telah dikenal lama dan digunakan oleh guru
di Indonesia untuk mendesain tujuan pembelajaran serta asesmen. Namun Anderson
dan krathwohl telah berhasil mengembangkan taksonomi tersebut dengan merevisi
taksonomi tersebut menjadi taksonomi belajar mengajar dan asesmen. Taksonomi
tersebut direpresentasikan dalam dua dimensi yaitu dimensi proses kognitif dan
dimensi pengetahuan. Dimensi kognitif meliputi: (1) mengingat, (2) memahami,
(3) menerapkan, (4) menganalisis, (5) mengevaluasi, (6) mencipta. Dimensi
pengetahuan meliputi: (1) pengetahuan faktual, (2) pengetahuan konseptual, (3)
pengetahuan prosedural, (4) pengetahuan metakognitif. ( Imam Gunawan, 2008)
Taksonomi berasal dari bahasa Yunani tassein berarti
untuk mengklasifikasi dan nomos yang berarti aturan. Taksonomi
berarti klasifikasi berhirarkhi dari sesuatu atau prinsip yang mendasari
klasifikasi. Suatu contoh taksonomi hewan, taksonomi tumbuhan dan yang akan
dibahas dalam makalah ini taksonomi belajar mengajar dan menilai. (Wikipedia,
2016)
Cukup lama kita mengenal Taksonomi Tujuan Pendidikan
(Educational Objective Taxonomy) dari Bloom, yang biasa dikenal dengan
Taksonomi Bloom. Taksonomi itu menunjukkan adanya 6 buah tingkatan knowledge,
comprehension, application, analysis, synthesis, dan evaluation yang sudah
biasa kita simbulkan dengan C1, C2, C3, C4,
C5, dan C6. Taksonomi itu menjadi sering digunakan
untuk membuat kisi-kisi tes, baik tes formatif maupun tes sumatif. Tidak jarang
juga digunakan untuk merancang tes objektif tertentu.
HASIL PERUBAHAN TAKSONOMI BLOOM MENJADI TAKSONOMI
BELAJAR, MENGAJAR DAN MENILAI.
Bila diperhatikan pada dimensi
proses kognitif maka tetap, terdapat 6 tingkatan yang serupa dengan 6 tingkatan
dari Bloom, tetapi ada perubahan pada tingkatan pertama (C1) yang “pecah
menjadi dua” dan memunculkan dimensi pengetahuan, dan aspek kata kerja. Selain
itu, terjadi perubahan pada C5 dan C6, yakni C5 menjadi evaluate
atau “mengevaluasi” dan C6 menjadi create atau “menciptakan”
Penggunaan dimensi itu memperjelas adanya taksonomi belajar,
mengajar dan asesmen. Jadi tidak lagi taksonomi tujuan pendidikan.
Sedangkan aspek tujuan akan berada dalam petak-petak koordinat itu. (Yuni Katminingsih, 2012)
Dimensi
proses kognitif
1. Mengingat (remember):
Mengingat (memanggil) kembali pengetahuan yang relevan dari memori
jangka panjang.
2. Mengerti (understand):
Mengkonstruk makna dari pesan pembelajaran, termasuk komunikasi lisan,
tertulis, dan grafis.
3. Mengaplikasikan
(apply): Melaksanakan atau menggunakan prosedur dalam situasi
tertentu (yang diberikan)
4. Menganalisis (analyze): Memecah
materi ke dalam bagian-bagian penyusunnya, dan menentukan bagaimana
bagian-bagian tersebut saling berhubungan satu sama lain.
5. Mengevaluasi
(evaluate: Melakukan penilaian berdasarkan kriteria
dan standar tertentu.
6. Menciptakan
(create): Menempatkan beberapa elemen secara bersama-sama
untuk membangun suatu keseluruhan yang logis dan fungsional, dan mengatur
elemen-elemen tersebut ke dalam pola atau struktur yang baru.
Dimensi
pengetahuan
1.
Pengetahuan Faktual (Factual Knoweledge): Pengetahuan tentang elemen
dasar yang harus diketahui siswa untuk mengenal suatu disiplin ilmu atau untuk
menyelesaikan masalah di dalamnya.
2.
Pengetahuan Konseptual (Conceptual Knowledge):
Pengetahuan tentang hubungan timbal balik
antara elemen-elemen dasar dalam suatu struktur yang memungkinkan elemen-elemen
tersebut berfungsi secara bersama-sama.
3.
Pengetahuan Prosedural (Procedural Knowledge):
Pengetahuan tentang bagaimana melakukan
suatu hal, metode dan inquiri, dan kriteria untuk menggunakan suatu
keterampilan, algoritma, teknik dan suatu metode.
4.
Pengetahuan Metakognitif (Metacognitive Knowledge): Pengetahuan
kognisi secara umum seperti kesadaran dan pengetahuan tentang kognisinya
itu sendiri.
Dimensi Proses Afektif
♦ Receiving/Attending/Penerimaan
Kategori
ini merupakan tingkat afektif yang terendah yang meliputi penerimaan masalah,
situasi, gejala, nilai dan keyakinan secara pasif.Penerimaan adalah semacam
kepekaan dalam menerima rangsanagn atau stimulasi dari luar yang datang pada
diri peserta didik. Hal ini dapat dicontohkan dengan sikap peserta didik ketika
mendengarkan penjelasan pendidik dengan seksama dimana mereka bersedia menerima
nilai-nilai yang diajarkan kepada mereka danmereka memiliki kemauan untuk
menggabungkan diri atau mengidentifikasi diri dengan nilai itu.
♦ Responding/Menanggapi
Kategori
ini berkenaan dengan jawaban dan kesenangan menanggapi atau merealisasikan
sesuatu yang sesuai dengan nilai-nilai yang dianut masyarakat. Atau dapat pula
dikatakan bahwa menanggapi adalah suatu sikap yang menunjukkan adanya
partisipasi aktif untuk mengikutsertakan dirinya dalam fenomena tertentu dan
membuat reaksi terhadapnya dengan salah satu cara. Hal ini dapat dicontohkan
dengan menyerahkan laporan tugas tepat pada waktunya.
♦ Valuing/Penilaian
Kategori
ini berkenaan dengan memberikan nilai, penghargaan dan kepercayaan terhadap
suatu gejala atau stimulus tertentu. Peserta didik tidak hanya mau menerima
nilai yang diajarkan akan tetapi berkemampuan pula untuk menilai fenomena itu
baik atau buruk. Hal ini dapat dicontohkan dengan bersikap jujur dalam kegiatan
belajar mengajar serta bertanggungjawab terhadap segala hal selama proses
pembelajaran.
♦ Organization/Organisasi/Mengelola
Kategori
ini meliputi konseptualisasi nilai-nilai menjadi sistem nilai, serta pemantapan
dan prioritas nilai yang telah dimiliki. Hal ini dapat dicontohkan dengan
kemampuan menimbang akibat positif dan negatif dari suatu kemajuan sains
terhadap kehidupan manusia.
♦ Characterization/Karakteristik
Kategori
ini berkenaan dengan keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki
seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Proses
internalisais nilai menempati urutan tertinggi dalam hierarki nilai. Hal ini
dicontohkan dengan bersedianya mengubah pendapat jika ada bukti yang tidak
mendukung pendapatnya. (SantiSusanti, 2013)
Dimensi Proses Psikomotor
Ranah
Psikomotorik meliputi gerakan dan koordinasi jasmani, keterampilan motorik dan
kemampuan fisik. Ketrampilan ini dapat diasah jika sering melakukannya.
Perkembangan tersebut dapat diukur sudut kecepatan, ketepatan, jarak,
cara/teknik pelaksanaan. Ada tujuh kategori dalam ranah psikomotorik mulai dari
tingkat yang sederhana hingga tingkat yang rumit. (Astina Riyana, 2015)
a. Peniruan – P1
Terjadi
ketika siswa mengamati suatu gerakan. Mulai memberi respons serupa dengan yang
diamati. Mengurangi koordinasi dan kontrol otot-otot saraf. Peniruan ini pada
umumnya dalam bentuk global dan tidak sempurna.
b. Manipulasi – P2
Menekankan
perkembangan kemampuan mengikuti pengarahan, penampilan, gerakan-gerakan
pilihan yang menetapkan suatu penampilan melalui latihan. Pada tingkat ini
siswa menampilkan sesuatu menurut petunjuk-petunjuk tidak hanya meniru tingkah
laku saja.
c. Ketetapan – P3
Memerlukan
kecermatan, proporsi dan kepastian yang lebih tinggi dalam penampilan.
Respon-respon lebih terkoreksi dan kesalahan-kesalahan dibatasi sampai pada
tingkat minimum.
d. Artikulasi – P4
Menekankan
koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan membuat urutan yang tepat dan
mencapai yang diharapkan atau konsistensi internal di natara gerakan-gerakan
yang berbeda.
e. Pengalamiahan – P5
Menurut
tingkah laku yang ditampilkan dengan paling sedikit mengeluarkan energi fisik
maupun psikis. Gerakannya dilakukan secara rutin. Pengalamiahan merupakan
tingkat kemampuan tertinggi dalam domain psikomotorik.
Bagaimana Cara Menggunakan Taksonomi
Bloom?
Dalam kaitannya dengan tugas pengajar/widyaiswara dalam
menyusun kurikulum, pemilihan kata kerja kunci yang tepat memegang peranan
penting dalam menjelaskan tujuan program diklat, kompetensi dasar dan indikator
pencapaian agar konsep materi tersampaikan secara effektif. Kata kerja kunci
tersebut merupakan acuan bagi instruktur dalam menentukan kedalaman
penyampaikan materi, apakah cukup memahami saja, mendemonstrasikan, menilai,
dan sebagainya. (Retno Utari, 2013)
Langkah-langkah
yang harus digunakan dalam menerapkan Taksonomi Bloom adalah sebagai
berikut:
1. Tentukan tujuan pembelajaran
2. Tentukan kompetensi pembelajaran
yang ingin dicapai apakah peningkatan knowledge, skills atau attitude. Dalam
hal ini perlu dipertimbangkan karakteristik mata diklat, dan peserta didik
3. Tentukan ranah kemampuan intelektual
sesuai dengan kompetensi pembelajaran.
a.
Ranah kognitif : Tentukan tingkatan
taksonomi, apakah pada tingkatan Mengingat, Memahami,Menerapkan, Menganalisis,
Menilai, Membuat.
b. Ranah Psikomotorik : Kategorikan
ranah tersebut, Pemilihan kata kerja kunci yang tepat memegang peranan penting
dalam menjelaskan tujuan program diklat, kompetensi dasar dan indikator
pencapaian agar konsep materi tersampaikan secara effektif. apakah termasuk
Persepi, Kesiapan, Reaksi yang diarahkan, Reaksi natural (mekanisme), Adaptasi,
Reaksi yang kompleks Kreativitas.
c.
Ranah Afektif: Kategorikan ranah
tersebut, apakah termasuk penerimaan, Responsif, Nilai yang dianut (Nilai
diri), Organisasi dan Karakterisasi.
4. Gunakan kata kerja kunci yang
sesuai, untuk menjelaskan instruksi kedalaman materi, baik pada tujuan program
diklat, kompetensi dasar dan indikator pencapaian.
5. Sebagai tambahan, untuk penerapan
taksonomi bloom dalam ranah kognitif, dapat ditentukan pula media pembelajaran
yang sesuai dengan mengacu pada Bloom’s Cognitive Wheel. Pilihan media
pembelajaran ini dapat dilihat pada lingkaran terluar yang berwarna hijau.
Kata Kerja Operasional ( Baru)
Referensi:
Gunawan, Imam. (2008). Jurnal Taksonomi Bloom Revisi
Ranah Kognitif Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran, Dan Penilaian
. Madiun
(https://akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2008/01/revisi-taksonomi-bloom.pdf)
https://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi
Suwarto. 2010. Dimensi
Pengetahuan dan Dimensi Proses Kognitif dalam Pendidikan. Sukoharjo :
Universitas Veteran Bangun Nusantara
Ratna, Ana. 2010. TAKSONOMI
BLOOM-REVISI. FPMIPA UPI (http://file.upi.edu/Direktori/SPS/PRODI.PENDIDIKAN_IPA/197404171999032-ANA_RATNAWULAN/taksonomi_Bloom_revisi.pdf)
Susanti, Santi. 2013. Taksonomi Bloom (Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor) serta
Identifikasi Permasalahan Pendidikan di Indonesia. (https://santisusanti1995.wordpress.com/2013/12/10/taksonomi-bloom-ranah-kognitif-afektif-dan-psikomotor-serta-identifikasi-permasalahan-pendidikan-di-indonesia/)
Riyana, Astina. 2015. TAKSONOMI
BLOOM (RANAH KOGNITIF, AFEKTIF, DAN PSIKOMOTOR) . (http://astinaelf.blogspot.co.id/2015/06/taksonomi-bloom-ranah-kognitif-afektif.html)
Utari, Retno. 2013. TAKSONOMI
BLOOM Apa dan Bagaimana Menggunakannya?. Widyaiswara Madya. Pusdiklat KNPK
Katminingsih, Yuni. 2012. MENGENAL REVISI TAKSONOMI BLOOM OLEH ANDERSON DAN KRATHWOHL. Kediri.
Universitas Nusantara PGRI (http://yunikatminingsih.blogspot.co.id/2012/10/2-mengenal-revisi-taksonomi-bloom-oleh.html)
Faramita, Sintha. 2014.
(http://sfaramita.blogspot.co.id/2014_11_01_archive.html)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar