4. PERANCANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR PANAS
4.1 Sistem Penyediaan, Metoda Pemanasan, Temperatur
dan Laju Aliran Air Panas
4.1.1 Sistem
Penyediaan Air Panas
1)
Umum
Sistem penyediaan air panas
adalah instalasi yang menyediakan air panas dengan menggunakan sumber air
bersih, dipanaskan dengan berbagai cara, baik langsung dari alat pemanas
ataupun melalui sistim perpipaan. Seperti halnya untuk air bersih, peralatan air
panas juga harus memenuhi syarat sanitasi
2)
Instalasi Lokal
Instalasi jenis local ini dapat dibagi menjadi 3
kelompok, yaitu :
a)
Pemanasan sesaat (instantaneous)
b)
Pemanasan simpan (storage)
c)
Pencampuran uap panas dengan air
3)
Instalasi Sentral
Pada jenis ini, air panas
dibangkitkan di suatu tempat dalam gedung, kemudian dengan pipa distribusi
dialirkan ke seluruh lokasi alat plambing yang membutuhkan air panas. Biasanya
digunakan untuk bahan bakar minyak. Belakangan ini di beberapa Negara digunakan
gas karena persyaratan pengotoran lingkungan yang makin berat. Listrik sebagai
sumber kalor jarang sekali digunakan mengingat harganya yang mahal.
4.1.2 Cara Pemanasan
1)
Cara Pemanasan Langsung
a)
Ketel Pemanas Air (Storage Hot
Water Boiler)
b)
Kombinasi Ketel Pemanas Air dan Tangki Penyimpan
c)
Pemanas Satu-Jalan (Once-Through)
2)
Cara Pemanasan Tidak Langsung
Pada instalasi dengan cara tidak langsung, ada
beberapa hal berikut ini yang perlu diperhatikan;
a)
Ditinjau dari segi keselamatan dan pengkaratan, kalau digunakan uap
sebagai pemanas maka tekanan uap sebaiknya dibuat tidak lebih dari 2 kg/cm2.
b)
Kalau uap yang masuk ke dalam tangki pemanas air bertekanan cukup
tinggi, perlu dipasang pemecah vakum dan pelepas udara pada pipa masuknya.
Vakum mungkin bisa timbul waktu air dingin masuk tangki mengenai pipa uap
masuk.
4.2 Ukuran Pipa Air Panas
4.2.1 Sistem
Pipa
1)
Klasifikasi
Sistempenyediaan air panas dapat dibagi menjadi
beberapa klasifikasi berdasarkan system pipanya, cara penyediaannya, dan cara
sirkulasinya. Menurut system pipanya ada dua macam;
a)
Sistem aliran ke atas (up feed): air panas dialirkan kepada alat-alat
plambing melalui pipa-pipa cabang dari suatu pipa utama yang dipasang pada
lantai terbawah gedung.
b)
System aliran ke bawah (down feed): air panas dialirkan kepada alat-alat
plambing melalui pipa-pipa cabang dari suatu pipa utama yang dipasang
padalantai paling atas gedung
Menurut cara
penyediaannya ada dua macam, yaitu;
a)
System pipa tunggal
b)
System sirkulasi atau system dua pipa
Menurut cara
sirkulasinya ada dua macam, yaitu:
a)
Sirkulasi secara alam
b)
Sirkulasi paksaan, dengan menggunakan pompa
2)
Hal-Hal Penting pada Sistem Pipa Air Panas
a)
Pipa Tidak Rata dan Kemiringan Pipa
Dalam system aliran ke atas,
pipa mendatar harus dimiringkan sedikit k eats, sedang pada system aliran ke
bawah, pipa mendatar dimiringkan sedikit ke bawah. Pipa penyediaan dibuat
sedikit miring k eats dan pipa balik miring ke bawah. Kemiringan tersebut dibuat
securam mungkin sejauh penempatannya masih memungkinkan. Biasanya untuk dapat
membuang udaradengan efektif, kemiringannya dibuat sekurang-kurangnya 1:200
sampai 1:300 ke arah katup pelepas udara. Kalau keadaam tidak memungkinkan
pemasangan katup pelepas udara, sebuah keran air panas yang dipasang pada
cabang tertinggi juga dapat berfungsi sebagai pelepas udara.
b)
Perbandingan Antar Sistem Pipa Tunggal dan Sistem Sirkulasi
Pada system pipa tunggal, di
mana pipa hanya akan menghantarkan air pas dari tangki penyimpan atau dari
pemanas tanpa pipa balik, dapat terjadi keadaan di mana air panas akan “diam”
untuk beberapa waktu di dalam pipa. Walaupun pipa tersebut diisolasi, tetap
akan terjadi kerugian panas melalui dinding pipa dan air panas dalam pipa dapat
turun temperaturnya. Makin panjang pipanya, makin lama waktu airnya “diam”, dan
makin rendah temperature sekeliling pipa, maka makin besar pula penurunan
temperature air panas dalam pipa. Ini adalah ciri kelemahan system pipa
tunggal.
Pada system sirkulasi ada
dua pipa, yaitu pipa hantar dan pipa balik. Dalam keadaan di mana tidak ada
keran air panas digunakan, air tetap mengalir (=disirkulasikan) dari tangki
penyimpanan ke dalam pipa hantar dan kemudian melalui pipa balik kembali ke
tangki penyimpanan. Laju aliran air yang disirkulasikan adalah sedemikian agar
penurunan temperatur air dalam pipa hantar terpanjang akibat kehilangan oanas
melalui dindingpipa masing-masing dalam batas yang direncanakan, sehingga pada
waktu keran dibuka air panas yang keluar masih pada temperature minimum yang
direncanakan.
c)
Sirkulasi Alam dan Sirkulasi Paksaan
Dalam system sirkulasi alam
atau system gravitasi, perbedaan temperature air dalam pipa akan memberikan
perbedaan “tekanan”, yang kalau lebih besar dari pada kerugian gesekan maka air
panas dapat mengalir atau bersirkulasi. Laju aliran air dalam system ini
biasanya cukup kecil sehingga hanya diterapkan pada gedung-gedung ukuran kecil.
Dalam system sirkulais
paksaan dipasang sebuah pompa pada pipa balik, sehingga laju aliran air panas
dalam pipa balik relative konstan walaupun laju aliran dalam pipa hantar kan
berubah sesuai dengan berubahnya keran-keran air panas yang dibuka.
d)
Keseragaman Temperatur Air Panas
4.2.2 Pemasangan
Katup
Katup pemisah (stop value)
biasanyajuga dipasang pada bagian bawah atau bagian atas setiap cabang, baik
pipa hantar maupun pipa balik untuk memudahkan perawatan dan perbaikan
4.2.3 Penentuan
Ukuran Pipa
Ada dua macam cara menentukan laju aliran air panas. Cara pertama adalah
dengan menentukan pemakaian air maksimum per jam dan laju aliran pada beban
puncak sebesar 1,5 kali sampai 2 kalinya. Cara kedua dengan menghitung jumlah
unit beban alat plambing air panas, mirip seperti pada air dingin.
4.2.4 Pipa
Ekspansi dan Tangki Ekspansi
1)
Jenis Terbuka
Cara ini juga dapat
“melepaskan” udara yang terpisah dari air dalam pemanas, menggelembung melalui
pipa tersebut ke dalam tangki di atap tadi. Pipa ekspansi tersebut di atas
harus dipasang khusus dan terpisah dari pipa-pipa lainnya dan tidak ada katup
yang dipasang pada pipa tersebut.
2)
Tangki Ekspansi Jenis Tertutup dan Katup Pengaman
Pipa ekspansi sulit dipasang dalam keadaan-keadaan
berikut ini:
a)
Dalam system penyediaan air sambungan langsung
b)
Dalam system dengan tangki tekan
c)
Dalam system penyediaan air setelah melewati katup reduser tekanan
d)
Alat pemanas dipasang sangat jauh dari sumber air dingin seperti tangki
atap yang cukup tinggi
4.3 Konstruksi dan Kapasitas Alat dalam Sistem
4.3.1 Jenis Alat
1)
Alat Pemanas
a)
Alat pemanas sesaat (instantaneous
water heater)
(i)
Pemanas gas sesaat
(ii)
Pemanas gas sesaat yang dibalans
(iii)
Pemanas listrik sesaat
b)
Ketel air panas satu jalan (once-through)
c)
Tangki pemanas air untuk minum
d)
Tangki pemanas air
(i)
Tangki pemanas air dengan gas
(ii)
Tangki pemanas air dengan bahan bakar minyak
(iii)
Tangki pemanas dengan listrik
(iv)
Pemanas air dengan listrik khusus
2)
Pemanas Lain-Lain
a)
Pemanas air bak mandi kombinasi
b)
Pemanas listrik yang direndam langsung dalam bak mandi
c)
Pemanas dengan menyemprotkan uap panas langsung ke dalam bak air
d)
Pencampur uap panas dengan air dingin
3)
Tangki Penyimpan Air Panas
4)
Alat Penukar Kalor
5)
Pemanas Air Energi Surya
6)
Pompa Sirkulasi
4.3.2 Konstruksi
Peralatan
1)
Pemanas Air
a)
Pemanas Air Sesaat
(i)
Pemanas air gas
Ada beberapa macam pemanas air sesaat dengan gas. Pada
jenis yang kecil ada yang dengan system interlock
da nada yang dengan diafram. Yang dengan interlock, katup penyalur air
berhubungan dengan katup pengatur gas. Yang dengan system diafram, katup gas
akan terbuka oleh perubahan tekanan air.
(ii)
Pemanas air gas yang dibalans
(iii)
Pemanas air listrik sesaat
b)
Ketel Pemanas Air Satu-Jalan
c)
Tangki Pemanas Air untuk Minum
d)
Tangki Pemanas Air Penggunaa Umum
(i)
Tangki pemanas dengan gas
(ii)
Tangki pemanas dengan pembakar minyak
(iii)
Tangki pemanas dengan listrik
(iv)
Tangki pemanas air dengan pengaturan listrik khusus
2)
Alat-Alat Pemanas Lainnya
a)
Kombinasi Ketel Pemanas, Pancuran Mandi, Dan Pembilas
b)
Pemanas Peredam (Silencer)
c)
Pencampur Air Dan Uap
3)
Tangki Penyimpan
4)
Penukar Kalor
5)
Pemanas Air Tenaga Surya
6)
Pompa Sirkulasi Air Panas
4.3.3 Penentuan
Kapasitas Peralatan
1)
Kapasitas Pemanas Satu-Jalan
Pemanas jenis ini tidak menyimpan air panas, melainkan
langsung memanaskan air dingin yang dialirkan melalui pipa pemanas. Kapasitas
alat ditentukan oleh laju aliran terbesar air panas yang dibutuhkan pemakai.
2)
Kapasitas Tangki Pemanas Untuk Air Minum
Pemanas jenis ini berfungsi menyediakan air untuk
menyeduh minuman panas seperti the dan kopi.
3)
Kapasitas Tangki Pemanas Lainnya
a)
Hubungan Antara Kapasitas Penyimpanan dan Kapasitas Pemanas
Kapasitas penyimpanan ditentukan sekurang-kurangnya
harus dapat melayani jumlah air yang dibutuhkan dan kondisi penggunaan air
panas. Kalau direncanakan terhadap keadaan pada waktu pemakaian air terbesar,
maka kapasitas pemanas akan terlalu besar terutama pada waktu pemakaian air
kecil
b)
Sumber Kalor dan Pemakaian Kalor
c)
Kapasitas Koil /Pipa pada Pemanas Tak Langsung
Pemanas tak langsung, pada dasarnya sebuah penukar
kalor, menggunakan uap air panas atau air panas sebagai sumber kalor. Satu
jenis mengalirkan uap atau air pemanas di dalam koil/pipa dan air dingin yang
akan dipanaskan berada di luar pipa: jenis lain sebaliknya, air dingin yang
dialirkan dalam pipa tersebut.
5. PERANCANGAN SISTEM PEMBUANGAN
DAN VEN
Sistem plumbing air buangan diperlukan untuk mengalirkan
air buangan dari fasilitas saniter terpasang dalam bangunan menuju ke saluran
pembuangan kota. Definisi dari air buangan disini ialah air bekas pakai, yaitu
air yang sudah keluar dari kran atau suplai air minum lainnya. Beberapa hal
yang harus diperhatikan dalam plumbing air buangan adalah :
- Pengalirannya pada tekanan atmosfir, artinya
garis energinya sama dengan kemiringan muka air, atau sama dengan
kemiringan ( slope ) pipa
- Dimensinya selalu dinyatakan dalam diameter dan
slope pipa ( kemiringan pipa )
- Sambungan dalam perpipaan air buangan harus
menggunakan Y-tee atau Y-cross
- Harus ada water trap ( perangkap air )
dari setiap alat plumbing
- Harus dibarengi dengan perpipaan ven ( ven
sistem ), terutama untuk bangunan berlantai banyak
Terminologi dalam Plumbing Air Buangan
a.
Drainage pipe adalah
pipa air buangan
b.
Soil pipe adalah pipa
yang khusus menyalurkan air buangan yang mengandung fecal
c.
Waste pipe adalah pipa
yang khusus mengalirkan air buangan yang tidak mengandung fecal
d.
Sanitary pipe adalah pipa
yang menyalurkan air buangan yang mengandung fecal maupun yang tidak mengandung
fecal
e.
Pipa ven adalah pipa untuk
mengalirkan gas-gas yang dihasilkan dari pembusukan
f.
Branch adalah pipa
horizontal
g.
Stack adalah pipa
tegak
h.
Buiding drain adalah pipa
air buangan horizontal yang terletak paling bawah ( tertanam di tanah )
,dibawah bangunan
i.
Sewerage adalah
jaringan pipa air buangan
j.
Sewer adalah pipa
air buangan
k.
Sewage adalah air
buangan yang berada di dalam sewerage
5.1
Dasar-dasar
sistem Pembuangan
5.1.1
Jenis Air buangan
Air buangan atau sering pula disebut air
limbah, adalah semua cairan yang dibuang, baik yang mengandung kotoran manusia,
hewan, bekas tumbuhan-tumbuhan, maupun yang mengandung sisa-sisa proses dari
industri.
Air buangan
dapat dibagi menjadi empat golongan:
1.
Air kotor: air buangan yang berasal
dari kloset, peturasan, bidet, dan air buangan mengandung kotoran manusia yang
berasal dari alat-alat plambing lainnya.
2.
Air bekas: air buangan yang berasal
dari alat-alat plambing lainnya, seperti bak mandi (bathtub), bak cuci
tangan, bak dapur dsb.
3.
Air hujan: dari atap, halaman dsb.
4.
Air buangan khusus: yang mengandung
gas, racun, atau bahan-bahan berbahaya sseperti yang berasal dari pabrik, air
buangan dari laboratorium, tempat pengobatan, tempat pemeriksaan di RS, rumah
pemotongan hewan, air buangan dari PLTN atau laboratorium penelitian atau
pengobatan yangn menggunakan bahan radioaktif.
5.1.2
Klasifikasi sistem pembuangan air
1.
Klasifikasi menurut jenis air
buangan:
a)
Sistem pembuangan air kotor
Adalah sistem pembuangan, yang
dilalui air kotor dari kloset, peturasan, dan lain-lain dalam gedung
dikumpulkan dan dialirkan keluar.
b)
Sistem pembuangan air bekas
Adalah sistem pembuangan di mana air
bekas dalam gedung dikumpulkan dan dialirkan ke luar.
c)
Sistem pembuangan air hujan
Adalah sistem pembuangan di mana
hanya air hujan dari atap gedung dan tempat lainnya dikumpulkan dan dialirkan
ke luar.
d)
Sistem air buangan khusus
Hanya untuk air buangan khusus,
perlu disediakan peralatan pengolahan yang tepat pada sumbernya dan baru
kemudian dimasukkan ke dalam riol umum.
e)
Sistem pembuangan air dari dapur
Khusus untuk air buangan yang
berasal dari bak cuci di dapur.
2.
Klasifikasi menurut cara pembuangan
air
a)
Sistem pembuangan air campuran
Yaitu sistem pembuangan, dimana
segala macam air buangan dikumpulkan ke dalam satu saluran dan dialirkan ke
luar gedung, tanpa memperhatikan jenis air buangannya.
b)
Sistem pembuangan terpisah
Yaitu sistem pembuangan, dimana
setiap jenis air buangan dikumpulkan dan dialirkan ke luar gedung secara terpisah.
c)
Sistem pembuangan tak langsung
Yaitu sistem pembuangan, dimana air
buangan dari beberapa lantai gedung bertingkat digabungkan dalam satu kelompok.
Pada setiap akhir gabungan perlu dipasang pemecah aliran.
3.
Klasifikasi menurut cara pengaliran
a)
Sistem gravitasi
Dimana air buangan mengalir dari
tempat yang lebih tinggi secara gravitasi ke saluran umum yang letaknya lebih
rendah.
b)
Sistem bertekanan
Dimana saluran umum letaknya lebih
tinggi dari letak alat-alat plambing, sehingga air buangan dikumpulkan lebih
dahulu dalam suatu bak penampung kemudian dipompakan ke luar ke dalam riol
umum.
4.
Klasifikasi menurut letaknya
a)
Sistem pembuangan gedung
Yaitu sistem pembuangan yang
terletak dalam gedung, sampai jarak satu meter dari dinding paling luar gedung
tersebut.
b)
Sistem pembuangan di luar gedung
atau roil gedung
Yaitu sistem pembuangan di luar
gedung, di halaman, mulai satu meter dari dinding paling luar gedung tersebuutr
sampai ke riol umum.
5.1.3
Kemiringan pipa dan kecepatan aliran
Sistem pembuangan harus mampu mengalirkan dengan cepat
air buangan yang biasanya mengandung bagian-bagian padat. Untuk maksud
tersebuut, pipa buangan harus mempunyai ukuran dan kemiringan yang cukup,
sesuai dengan banyaknya dan jenis air buangan yang harus dialirkan..
Biasanya pipa dianggap tidak penuh berisi air buangan,
melainkan hanya tidak lebih dari 2/3 terhadap penampang pipa, sehingga bagian
atas yang “kosong" cukup untuk mengalirkan udara.
Tabel 5.1:
Kemiringan pipa pembuangan horizontal
Diameter pipa (mm)
|
Kemiringan minimum
|
75 atau kurang
100 atau kurang
|
1/50
1/100
|
Kemiringan pipa pembuangan gedung dan riol gedung
dapat dibuat lebih landai dari pada yang dinyatakan dalam tabel asal
kecepatannya tidak kurang dari 0.6 m/detik. Kalau kurang, kotoran dalam air
buangan pada akhirnya akan dapat menyumbat pipa. Sebaliknya bila terlalu cepat
akan menimbulkan turbulensi aliran yang dapat menimbulkan gejolak-gejolak
tekanan dalam pipa. Disamping itu kemiringan lebih curam dari 1/50 cenderung
menimbulkan efek sifon yang akan menyedot air penutup dalam perangkap alat
plambing.
Untuk jalur yang panjang, ukuran pipa sebaiknya tidak
kurang dari 50 mm karena endapan kotoran ataupun kerak walaupun dipasang dengan
kemiringan yang cukup akan menyumbat.
5.1.4
Lubang pembersih
1.
Syarat dan lokasi pemasangan lubang
pembersih
a)
Syarat pemasangan lubang pembersih
Lubang pembersih harus dipasang pada
tempat yang mudah dicapai dan sekelilingnya cukup luas untuk orang melakukan
pembersihan pipa.
b)
Lokasi lubang pembersih:
·
Awal dari cabang mendatar atau pipa
pembuangan gedung.
·
Pada pipa mendatar yang panjang.
·
Pada tempat dimana pipa pembuangan
membelok dengan sudut lebih dari 45º.
·
Bagian bawah dari pipa tegak atau di
dekatnya.
·
Dekat sambungan antara pipa
pembuangan gedung denan roil gedung.
·
Pada beberapa tempat sepanjang pipa
pembuangan yang ditanam dalam tanah.
2.
Ukuran lubang pembersih
Untuk ukuran pipa sampai dengan 100mm ukuran lubang
pembersihnya sama dengan ukuran pipa, dan untuk pipa yang lebih besar ukuran
lubang pembersih dibuat 100 mm.
3.
Lokasi pemasangan
Jarak antara lubang-lubang pembersih sepanjang pipa
pembuangan untuk pipa ukuran sampai dengan 100 mm tidak boleh lebih dari 15 m,
sedang untuk pipa ukuran lebih besar tidak boleh lebih dari 30 m.
5.1.5
Perhitungan Penetapan Diameter Pipa
Air Buangan
Table 5.2
Diameter pipa buangan
Diameter pipa buangan alat
plambing atau perangkapnya (mm)
|
Unit alat plambing sebagai
beba
|
32 atau kurang
|
1
|
40
|
2
|
30
|
3
|
65
|
4
|
75
|
5
|
100
|
6
|
5.2
Dasar-dasar
Sistem Ven
5.2.1
Tujuan sistem ven
Bersama-sama dengan alat perangkap, pipa ven merupakan bagian penting dari
suatu system pembuangan. Tujuan pemasangan pipa ven adalah sebagai berikut:
1) Menjaga sekat perangkap dari efek sifon atau
tekanan.
2) Menjaga sirkulasi yang lancer dalam pipa
pembuangan.
3) Mensirkulasikan udara dalam pipa pembuangan.
Karena
tujuan utamanya adalah menjaga agar perangkap tetap mempunyai sekat air, maka
pipa ven harus dipasang sedemikian rupa agar mencegah hilangnya sekat air.
5.2.2
Jenis sistem ven dan pipa ven
1.
Jenis pipa
ven
a)
Ven tunggal
Pipa ini dipasang untuk melayani
satu alat plambing dan disambungkan kepada sistem ven lainnya atau langsung
terbuka ke udara luar.
b)
Ven lup
Pipa ini melayani dua atau lebih
perangkap lat plambing, dan disambungkan kepada pipa ven tegak.
c)
Ven pipa tegak
Pipa ini merupakan perpanjangna dari
ipa tegak air buangan, di atas cabang mendatar pipa air buangan tertinggi.
d)
Ven bersama
Pipa ini adalah satu pipa ven yang
melayani perangkap dari dua alat plambing yang dipasang bertolak belakang atau
sejajar dan dipasang pada tempat di mana kedua pipa pengering alat plambing
tersebut disambungkan bersama.
e)
Ven basah
Adalah pipa ven yang juga menerima
air buangan berasal dari alat plambing selain kloset.
f)
Ven pelepas
Adalah pipa ven untuk melepas
tekanan udara dlam pipa pembuangan.
g)
Pipa ven balik
Adalah bagian pipa ven tunggal yang membelok
ke bawah, setelah bagian tegak ke atas sampai lebih tinggi dari muka air banjir
alat plambing, dan yang kemudian disambungkan kepada pipa tegak ven setelah
dipasang mendatar di bawah lantai.
h)
Pipa ven yoke
Pipa ven ini suatu ven pelepas, yang
menghubungkan pipa tegak air buangan kepada pipa tegak ven, untuk mencegah
perubahan tekanan dalam pipa tegak air buangan yang bersangkutan.
2.
Sistem ven
a. Sistem ven tunggal
Adalah
sistem ven dimana pada setiap alat plambing dipsang sebuah pipa ven.
b. Sistem ven tunggal
Sistem ini
melayani dua atau lebih alat plambing (maksimal 8) dipasang pada cabang
mendatar pipa air buangan dan disambungkan kepada pipa ven tegak.
c. Sistem ven pipa tegak
Semua pipa
pengering alat plambing disambung langsung kepada pipa tegak air buangan.
d. Sistem ven lainnya
1) Sistem ven bersama
2) Sistem ven basah
3) Sistem ven balik
4) Sistem ven yoke
e. Pipa tegak ven
Pipa
tegak ven dipasang dalam hal dimana pipa tegak air kotor atau air bekas
melayani dua interval cabang atau lebih, dan dalam hal ini dimana alat-alat
plambing pada setiap lantai mempunyai pipa ven tunggal atau pipa ven jenis
lainnya. Bagian atas pipa ini harus terbuka langsung ke udara luar di atas atap
tanpa dikurangi ukurannya.
3.
Persyaratan untuk pipa ven
1) Kemiringan
pipa ven
Pipa ven harus dibuat dengan kemiringan agar titik air yang terbentuk atau air
yang terbawa masuk ke dalamnya dapat mengalir secara gravitasi kembali ke pipa
pembuangan.
2) Cabang
pada pipa ven
Dalam membuat cabang pipa ven harus diusahakan agar udara tidak akan
terhalang oleh masuknya air kotor atau air bekas. Pipa ven untuk cabang
mendatar pipa air buangan harus disambungkan kepada pipa cabang mendatar
tersebut pada bagian tertinggi dari penampang pipa cabang tersebut secara vertikal;
hanya dalam keadaan terpaksa boleh disambungkan dengan sudut tidak lebih dari
45˚ terhadap vertikal. Syarat ini untuk mencegah masuknya air buangan ke dalam
pipa ven dalam keadaan pipa buangan (tempat pipa ven tersebut disambungkan)
kebetulan sedang penuh dengan air buangan.
3) Letak
bagian mendatar pipa ven
Dari tempat sambungan pipa ven dengan cabang mandatar pipa air buangan,
pipa ven tersebut harus dibuat tegak sampai sekurang-kurangnya 150 mm di atas
muka air banjir alat plambing tertinggi yang dilayani ven tersebut, sebelum
dibelokkan mendatar atau disambungkan kepada cabang pipa ven.
4) Ujung
pipa ven
Ujung pipa ven harus terbuka ke udara luar, tetapi harus dengan cara yang
tidak menimbulkan gangguan kesehatan. Syarat untuk pembukaan ujung pipa
tersebut:
a) Ujung
terbuka
1) Pipa ven yang menembus atap, ujung yang terbuka ke
udara luar harus berada sekurang-kurangnya 15 cm di atas bidang atap tersebut.
2) Kalau atap dipakai sebagai taman, jemuran pakaian
dsb, ujung yang terbuka ke udara luar harus berada sekurang-kurangnya 2 m di
atas bidang atap tersebut.
3) Ujung pipa ven tidak boleh digunakan sebagai tiang
bendera, antena televisi, dsb.
b) Lokasi ujung pipa ven
1) Tidak boleh berada langsung di bawah pintu, lubang
masuk udara venilasi dsb, dan juga tidak boleh berada dalam jarak 3 m
horisontal dari padanya kecuali kalau sekurang-kurangnya 60 cm diatasnnya.
2) Konstruksi bagian pipa ven menembus atap harus
sedemikian hingga tidak mengganggu fungsinya.
3) Ujung pipa ven tidak boleh ditempatkan di bawah
bagian atap yang menjorok keluar gas-gas dari pipa pembuangan mungkin akan
terkumpul dan dapat menimbulkan gangguan.
4) Di lingkungan tertentu mungkin perlu dipasang kawat
saringan untuk mencegah masuknya daun-daun kecil atau burung bersarang di
dalamnya.
6. HAL UMUM INSTALASI PLAMBING
6.1 Bahan Pipa Katup Alat Penyambung Lain-Lain
Klasifikasi
|
Jenis Pipa
|
Uraian
|
Standar yang diusulkan atau ekivalennya
|
Penggunaan
|
Keterangan
|
Air dingin
|
Air Panas
|
Buangan dan ven
|
Pipa ferous
|
Pipa besi cor
|
1. Pipa besi
cor untuk air bersih cetakan pasir.
2. Pipa besi
cor untuk air bersih, pengecoran sentrifugal, cetakan dilapis pasir.
3. Pipa besi
cor untuk air bersih, pengecoran sentrifugal, cetakan dibuat dari logam.
4. Pipa dan
perlengkapan dari besi cor untuk air kotor.
5. Pipa besi
duktil air bersih, pengecoran sentrifugal.
6. Pipa besi
cor untuk air bersih, pengecoran sentrifugal.
7. Pipa besi
duktil air bersih, pengecoran sentrifugal, tipe “T”
8. Pipa besi
cor untuk air kotor, dengan sambungan cincin karet
|
JIS G 5521
JIS G 5522
JIS G 5523
JIS G 5525
JIS G 5526
JWWA G 108
JWWA G 110
HASS 210
|
o
o
o
o
o
o
|
|
o
o
|
Tekanan normal
Tekanan normal
Tekanan normal
No. 1 dan 2
|
Pipa baja
|
1. Pipa
baja digalvanis untuk air
2. Pipa
baja dilapis cat pelindung, untuk air.
3. Pipa
baja karbon, untuk air tekanan normal.
4. Pipa
baja karbon, untuk air tekanan tinggi.
5. Pipa
baja karbon, sambungan las listrik, untuk air.
6. Pipa
baja tahan karat.
7. Pipa
baja dilapis dengan PVC, untuk air bersih
|
JIS G 3442
JIS G 3443
JIS G 3452
JIS G 3454
JIS G 3457
JIS G 3459
JWWA K 116
|
o
o
o
o
o
o
o
|
o
o
o
o
o
|
o
o
|
Pipa “putih” digalvanis
Pipa “putih” digalvanis
Pipa “putih” digalvanis
Pipa “putih”
Pipa “hitam”
|
Pipa non-ferous
|
Pipa timah hitam
|
1. Pipa
timah hitam untuk air buangan.
2. Pipa
timah hitam untuk penyediaan air.
3. Pipa
timah hitam untuk air buangan dan ven
|
JIS H 4311
JIS H 4312
HASS 203
|
o
|
|
o
o
|
No. 1 dan 2
No. 1 dan 2
|
Pipa tembaga
|
1.Pipa tembaga
dan campuran tembaga, untuk air.
2.Perlengkapan
untuk pipa tembaga dan campuran tembaga, untuk air.
3.Pipa
tembaga, untuk air.
|
JIS H 3603
JIS H 3611
JWWA H 101
|
o
o
o
|
o
o
o
|
o
o
|
JBMA-0002 K
JBMA-0002 L
JBMA-0002 M BS 3931 N untuk pipa dinding tipis.
|
Pipa bukan logam
|
Pipa plastik
|
1. Pipa
PVC, untuk buangan dan ven.
2. Pipa
PVC, untuk air.
3.Pipa
polietilen, untuk air.
4. Pipa
PVC tahan tumbukan.
5. Pipa
PVC (biasa)
6. Pipa
kompon plastic, diperkuat dengan serat atau kawat
|
JIS K 6741
JIS K 6742
JIS K 6762
JWWA K 118
JSWA SK-1
JSWA SK-2
|
o
o
o
|
|
o
|
Tipe VP
|
Pipa asbes semen
|
1. Pipa
asbes semen, untuk air.
2. Pipa
asbes semen dilapisis dengan pelat baja.
|
JIS A 5301
JWWA A 110
|
o
o
|
|
|
No. 1-4 (hanya untuk di luar rumah)
|
Pipa beton
|
1. Pipa
beton bertulang.
2. Pipa
beton bertulang, pencetakan sentrifugal.
3. Pipa
beton bertulang, digulung.
4. Pipa
beton bertulang, pra-tekan, jenis dengan inti.
5. Pipa
beton bertulang untuk pembuangan air.
|
JIS A 5302
JIS A 5303
JIS A 5332
JIS A 5333
JSWA SA-1
|
|
|
o
o
o
o
o
|
Pipa tekanan normal
Pipa tekanan normal
|
Pipa tanah liat
|
1. Pipa tanah liat.
|
JIS R 1201
|
|
|
o
|
Hanya untuk buangan
|
6.2 Perlindungan Pipa
Perlindungan
pipa bertujuan:
1)
Melindungi konstruksi gedung terhadap beban berlebihan
2)
Mengamankan pipa terhadap kebakaran
3)
Melindungi pipa dari kerusakan
6.2.1 Perlindungan
Konstruksi Gedung
Perlindungan ini bertujuan mengamankan
kostruksi gedung terhadap pembebanan akibat pemasangan pipa dan
perlengkapannya, agar tidak menimbulkan kerusakan pada konstruksi gedung itu
sendiri. Bagian konstruksi gedung yang harus dilindungi ini terutamadalah
pondasi, kolom, balok, dinding dan pelat lantai, dan dilindungi terhadap
pembebanan berlebihan dari berta, gaya, momen, dan getara yang ditimbulkan
system pipa.
1)
Memperkuat Konsruksi Gedung
Lubang untuk pipa pada
bagian-bagian tersebut akan dapat memperlemah konstruksi pondasi, balok, atau
dinding tersebut. Oleh karena itu, pipa tidak boleh langsung dipasang menembus
bagian konstruksi teersebut melainkan harus dibuat suatu selubung (sleeve)
dipasang pada tempat di mana pipa harus menembus bagian konstruksi tersebut.
Selubung ini harus dilengkapi dengan batang-batang pengikat (reinforcing bars)
sehingga dapat bersatu dengan kuat pada pondasi, balok atau dinding tadi.
2)
Bahan dan Ukuran Selubung
a)
Selubung Pipa pada Konstruksi Beton Bertulang
Perlu diperhatikan tebal dinding selubung tersebut,
sekurang-kurangnya 1,2 sampai 3,0 mm,
bergantung pada ukuran konstruksi beton di mana selubung tersebut
dipasang.
b)
Selubung Pipa pada Konstruksi Baja
Pada konstruksi ini harus digunakan selubung yang
dibuat dari pelat baja atau dari pipa baja. Tebal dinding selubung sekurang-kurangnya
1,2 mm.
c)
Ukuran Selubung
Umumnya diameter selubung ditetapkan sebesar diameter
pipa (yang ka masuk dalam selubung tersebut) ditambah 50 mm sampai 70 mm.
apabila selubung diperbesar tidak akan mempengaruhi kekuatan konstruksi bagian
gedung tersebut, dengan menambah diameter pipa dengan 75 mmm sampai 100 mm akan
memudahkan pemasangan pipa kalau terjadi kesalahan sedikit pada lokasi
selubung.
3)
Perlindungan bagi Peralatan Lain
Di dalam cerobong elevator tidak boleh dipasang pipa-pipa air panas
maupun dingin, air buangan ataupun pipa lainnya yang tidak ada hubungannya
dengan operasi elevator tersebut.
6.2.2 Pengamanan
untuk Mencegah Kebakaran
Bagian pipa yang menembus dinding semacam ini
harus dibuat dari bahan yang tidak dapat terbakar (misalnya baja), dalam jarak
sekurang-kurangnya satu meter dari masing-masing sisi dinding yang ditembus
tersebut. Misalnya kalau pipa yang
menembus dinding tersebut adalah pipa PVC, pada bagian yang menembus
dinding sebaiknya diganti atau diselubungi dengan pipa baja dalam jarak seperti
tersebut di atas.
6.2.3
Perlindungan untuk Pipa
1) Pengamanan
terhadap Kawat
Pipa baja
(kecuali baja anti karat) dikatakan paling mudah berkarat, terutama pada bagian
yang diulir. Oleh karena itu, setelah pipa yang diulir disambungkan dengan pipa
atau peralatan lain, bagian berulir yang masih kelihatan sebaiknya dilapis
dengan aspal atau cat untuk menahan kawat. Korosi terjadi umumnya setelah pipa
ditanam dalam tanah atau dalam beton.
a)
Pipa di dalam atau di atas tanah
(i)
Pipa baja
Salah satu cara melindungi pipa baja terhadap karat
adalah dengan melapisinya dengan cat anti-korosi, misalnya ter, dan setelah
kering baru ditanam dalam tanah. Cara lain adalah dengan melilit pipa dengan
plester PVC. Cara terbaik adalah dengan melilit pipa dengan pita dari anyaman
serat “jute” yang telah direndam aspal. Perlengkapan pipa (fittings) dan bagian
ulir yang terbuka harus pula dilindungi denga cara yangsam dengan cara
perlindungan pipa.
(ii)
Pipa timah hitam
Umumnya pipa timah hitam dapat dipasang tanpa
perlindungan khusus terhadap korosi. Untuk tanah yang jelek dapat ditempuh cara
perlindungan yang sama seperti pada pipa baja.
(iii)
Pipa tembaga
Secara umum cara perlindungannya sama dengan pada pipa
baja. Kalau tanahnya mengandung asam sulfuric, asam hidroklorik, ammoniak, gas
metan, abu batubara, pipany perlu dilindungi dengan bahan yang tahan
bahan-bahan kimia tersebut.
b)
Kemungkinan korosi elektrolitik
Perlu diperhatikan jarak yang cukup antara pipa dengan
instalasi atau alat listrik yang dapat menimbulkan proses korosi elektrolitik,
misalnya jarak satu meter atau lebih antara pipa dengan rel kereta listrik
(arus searah), lebih dari 10 cm jaraknya dengan kabel listrik (kabel tegangan
rendah dalam gedung), lebih dari 30 cm jaraknya dengan kabel listrik yang
terbuka. Di samping itu harus diterapkan salah satu dari cara-cara berikut:
(1)
Pipa dibungkus dengan bahan anti-korosi
(2)
Pipa dilindungi dengan pipa beton bertulang
(3)
Sambungan pipa dibuat dari bahan isolator listrik
c)
Dalamnya penanaman pipa
Kalau ketentuan yang mengatur tersebut belum ada,
dapat diikuti pedoman kedalaman penanaman pipa berikut ini:
(1)
40 cm atau lebih untuk daerah di mana tidak ada lalu lintas kendaraan.
(2)
60 cm atau lebih untuk daerah di bawah jalan dengan lalu lintas
kendaraan ringan
(3)
90 cm atau lebih untuk daerah di bawah jalan dengan lalu lintas
kendaraan umum atau kendaraan berat.
(4)
20 cm atau lebih di bawah pondasi jalan yang diaspal.
d)
Pipa dalam beton
(i)
Pipa Baja
(ii)
Pipa Timah Hitam
(iii)
Pipa Tembaga
e)
Pipa dalam “beton ringan”
Disebabkan oleh alkalinitasnya, campura “beton ringan”
bersifat sangat korosif dan oleh karena itu semua pipa logam harus dilindungi
dengan membungkusnya dengan bahan anti-korosi seperti contoh-contoh tersebut di
atas.
2)
Pengamanan terhadap Kerusakan Lain
a.
Selubung pipa (sleeve)
b.
Bahan dn ukuran selubung’
c.
Pemsangan cetakan
d.
Pengamanan terhadap perubahan bentuk
3)
Sambungan ekspansi belokan (expantion
bend)
4)
Sambungan ekspansi bola (ball
joint)
6.3 Penggantung dan Penumpu Pipa
Hal-hal berikut
ini perlu diperhatikan untuk penggantung dan penumpu pipa.
1)
Berat Pipa
2)
Jenis Pipa
3)
Mencegah Perambatan Getaran
4)
Ekspansi Pipa
5)
Jarak antara Pipa
6)
Pertimbangan untuk Pekerjaan Lainnya
7)
Beberapa Pipa Sejajar
8)
Penggantungan PIpa pada Pipa Lainnya
9)
Baut Penggantung Pipa
10)
Kebebasan Arah Lateral
6.3.1 Lokasi dan
Jarak Antar Penggantung
Penggantung atau
penumpu pipa harus dipasang pada tempat-tempat berikut ini:
1)
Di sekitar katup dan sambungan ekspansi (untuk katup ukuran 100 mm atau
lebih harus dipasang pada kedua sisinya)
2)
Pada belokan pipa mendatar
3)
Pada dasar pipa tegak
4)
Pada cabang pipa
5)
Pada pipa yang disambungkan ke mesin atau peralatan, di dekat mesin atau
peralatan tersebut
6.3.2 Cara
Menggantung atau Menumpu
1)
Pipa dalam Gedung
(i)
Insert
(ii)
Penggantung pipa
(iii)
Klem pipa
(iv)
Penggantung bersama
(v)
Penggantung dan penumpu pipa tegak
(vi)
Penumpu anti-getaran
(vii)
Penggantung pada dinding dan struktur gedung
2)
Penumpu Pipa dalam Tanah
Kalau pipa pembuangan tidak ditumpu dengan baik, apabila terjadi
penurunan tanah (settlement) secara
berangsur-angsur dapat menimbulkan perubahan kemiringan pipa. Hal ini dapat
mengurangi kecepatan aliran air buangan, kalau kemiringan tersebut justru kea
rah yang merugikan. Bahkan dalam keadaan yanglebih burut, dapat meretakkan
sambungan pipa (terutama pipa beton) atau mematahkan pipa.
7. ALAT PLAMBING
7.1 Definisi
7.1.1 Definisi alat plambing
Istilah “alat plambing” digunakan untuk semua
peralatan yang dipasang didalam maupun diluar gedung, untuk menyediakan
(memasukkan) air panas atau air dingin, dan untuk menerima (mengeluarkan) air
buangan.
7.1.2 Kualitas alat plambing
Bahan yang digunakan sebagai alat plambing harus
memenuhi syarat-syarat berikut:
1)
Tidak menyerap air
2)
Mudah dibersihkan
3)
Tidak berkarat dan tidak mudah aus
4)
Relative mudah dibuat
5)
Mudah dipasang
7.2 Peralatan Saniter
7.2.1 Peralatan saniter secara umum
Peralatan saniter seperti kloset/kakus, peturasan, dan
bak cuci tangan, umumnya dibuat dari bahan porselen atau keramik.
7.2.2 Beberapa jenis peralatan saniter
1)
Kloset
a.
Tipe Wash-out
b.
Tipe Wash-down
c.
Tipe siphon
d.
Tipe siphon-jet
e.
Tipe blow-out
2)
Peturasan
Ditinjau dari konstruksinya, peturasan dapat dibagi
seperti kloset. Yang paling banyak digunakan dari tipe wash-down. Untuk tempat-tempat umum, sering dipasang peturasan
berbentuk mirip “talang”, dibuat dari porselen, plastic atau baja tahan karat,
dn harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a.
Dalamnya “talang” 15 cm atau lebih
b.
Pipa pembuangan ukuran 40mm atau lebih dan dilengkapi dengan saringan
c.
Pipa penggelontor harus diberi lubang-lubang untuk menyiram bidang
belakang talang dengan lapisan air
d.
Laju aliran air penggelontor dapat ditentukan dengan menganggap setiap
45 cm panjang talang ekivalen dengan satu peturasan biasa
7.3 Fiting Saniter
1.
Keran air
a.
keran air yang dapat dengan mudah dibuka dan ditutup, yang umum
digunakan untuk berbagai keperluan.
b.
keran air yang dapat dibuka tetapi akan menutup sendiri, misalnya untuk
cuci tangan
c.
keran air yang laju alirannya diatur ketinggian muka air, yaitu keran
atau katup pelampung
2.
Katup gelontor dan tangki gelontor
a.
Katup gelontor
·
Katup gelontor untuk kloset
·
Katup gelontor peturasan
b.
Tangki gelontor
·
Tangki gelontor atas
·
Tangki gelontor rendah
c.
Lain-lain
·
Pancuran mandi
·
Pancuran minum
7.4 Perlengkapan Tambahan
Berbagai
perlengkapan tambahan (accessories)
diperlukan untuk alat plambing. Yang penting untuk diperhatikan adalah tempat
duduk pada kloset duduk.
7.5 Alat Plambing lainnya
1. Penghancur
sampah
2. Mesin pencuci
piring
3. Mesin cuci
(untuk baju, dsb)
4. Kloset yang
hemat air
8. PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN SISTEM PLAMBING
8.1 Pemeriksaan
Ada tiga macam pemeriksaan
yang perlu dilakukan, yaitu:
1)
Pemeriksaan sebagian-sebagian
2)
Pemeriksaan setelah selesai pemsangan
3)
Pemeriksaan ulang
Tujuannya adalah
untuk memeriksa, apakah konstruksinya, fungsinya, serta kelakuan dari seluruh
system, alat plambing, mesin-mesin dan perlengkapan lainnya, telah dapat
memenuhi persyaratan yang berlaku dan sesuai dengan yang direncanakan.
8.2 Pengujian
8.2.1
Pemeriksaan tekan uji
Harus diperiksa
agar tekanan uji akan sampai ke semua bagian dari system plambing, dengan
membuka semua tutup sementara (yang biasa dipasang pada waktu pelaksaan untuk
mencegah masuknya kotoran ke dalam system). Bagian dari system plambing yang
akan diuji harus dapat “dipisahkan” dengan katup dari seluruh instalasi. Air
untuk menguji tekan harus dimasukkan berlahan-lahan dengan menggunakan pompa
khusus untuk pengujian tekanan.
8.2.2 Pengujian
sitem air dingin dan air panas
1) Pengujian
tekanan
a.
Pompa penguji tekanan disambungkan kepada bagian system yang akan diuji
dan setelah diberikan tekanan dalam pipa, periksa adanya kebocoran terutama
pada sambungan-sambungan.
b.
Untuk system yang disambung langsung dengan jaringan distribusi air
minum kota, tekan uji adalah sebesar 17,5 kg/cm2 atau lebih, pada bagian terendah
dari system tersebut.
c.
Untuk system plambing dengan tangki di bawah atap, tekanan uji tidak
boleh kurang dari dua kali tekanan kerja pada bagian terendah dari system,
tekanan uji ini tidak boleh kurang dari 7,5 kg/cm2.
d.
Untuk pipa keluar pompa, tekanan uji tidak boleh kurang dari dua kali
tekanan pompa yang dinyatakan dalam spesifikasi perencanaan system plambing,
tekanan uji ini tidak boleh kurang dari 7,5 kg/cm2.
e.
Setelah tekanan dalam pipa yang diuji mencapai nilai tekanan uji
tersebut di atas, tanpa menambah tekanan dengan pompa penguji lagi, tekanan
dalam pipa harus tetap selama minimum 60 menit.
2)
Pengujian tangki
a.
Setelah selesai dipasang, tangki harus dibersihkan benar-benar dan
kemudian diisi dengan air untuk memeriksa adanya kebocoran.
b.
Tangki harus tidak menunjukkan gejala adanya kebocoran
sekurang-kurangnya selama 24 jam.
3)
Pengujian dengan aliran
4)
Pemeriksaan kadar sisa klor
8.2.3 Pengujian Pipa Pembangunan dan Pipa Ven
Pipa pembangunan dan ven
perlu diuji, untuk menjamin bahwa system yang dipasang dapat berfungsi dengan
baik dan mencegah timbulnya pencemaran akibat kebocoran.
System pipa air buangan dan
air kotor, setelah selesai dipasang, perlu diuji dengan air atau udara. Dan
setelah pipa vend an alat-alat plambingnya selesai dipasang, maka seluruh system
pembuangan dan ven perlu diuji dengna asap atau peppermint. Pengujian terakhir adalah dengan air yang dialirkan di
dalam system.
1)
Pengujian dengan pengisian air
2)
Pengujian dengan tekanan air
3)
Pengujian dengan udara kempa
4)
Pengujian dengan asap
5)
Pengujian dengan peppermint
6)
Pengujian dengan aliran air
8.2.4 Pengujian
Sistem Pembuangan untuk Rumah
1)
Pengujian dengan mengisi air
2)
Pengujian dengn aliran air
8.2.5 Pengujian Sistem Pembuangan Air Hujan
1)
Pengisian air atau pengujian tekanan udara
2)
Pengujian dengan aliran air
Referensi : Noerbambang, Soufyan dan Morimura, Takeo. PERANCANGAN DAN PEMELIHARAAN SISTEM PLAMBING. 2000. Jakarta : PT Pradnya Paramita