Proses pendidikan pada dasarnya bersumber dari masyarakat dan kembali
ke masyarakat. Karena itu, perbaikan kualitas pendidikan harus selalu mengacu
pada kebutuhan dan pemecahan masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Pendidikan
dikatakan efektif apabila mampu menyiapkan lulusan sesuai kepentingan
masyarakat. Kalau pada saat ini masyarakat sangat berharap lulusan suatu
jenjang pendidikan siap memasuki lapangan kerja maka sudah semestinya perlu
penataan dan pengembangan untuk memenuhi kehendak tersebut. (Artikel Kejuruan, 2016)
Pendidikan
sebagai pranata utama penyiapan sumber daya manusia memegang peranan penting
dalam menentukan kualitas SDM. Pendidikan juga mempengaruhi secara penuh
pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Hal ini bukan saja karena pendidikan akan
berpengaruh terhadap produktivitas, tetapi juga akan berpengaruh terhadap
fertilitas masyarakat. Pendidikan menjadikan SDM lebih mengerti dan siap dalam
menghadapi perubahan di lingkungan kerja. Oleh karena itu pada umumnya negara
yang memiliki penduduk dengan tingkat pendidikan tinggi akan mempunyai
pertumbuhan ekonomi yang pesat. (Artikel Kejuruan, 2016)
Dari
sisi ekonomi, pendidikan bukan hanya semata-mata dipandang sebagai kegiatan
konsumtif, namun diakui sebagai suatu investasi sumberdaya manusia. Pendidikan
memberikan sumbangan terhadap pembangunan sosial ekonomi melalui cara-cara
meningkatkan pengetahuan, keterampilan, kecakapan, sikap dan produktivitas.
Bagi masyarakat secara umum pendidikan bermanfaat untuk teknologi demi kemajuan
di bidang sosial dan ekonomi. The Human Capital Theory menyatakan bahwa
pendidikan menanamkan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai kepada
manusia dan karenanya mereka dapat meningkatkan kapasitas belajar dan
produktivitasnya. Hal ini memungkinkan mereka mengejar tingkat pendidikan dan
pelatihan yang lebih tinggi dan meningkatkan pendapatan masa depan mereka
dengan meningkatkan penghasilan seumur hidupnya. Karena manfaatnya tersebut
sudah selayaknya apabila pendidikan menjadi perhatian utama suatu bangsa. (Artikel Kejuruan, 2016)
Dalam
meningkatkan manusia sebagai makhluk individu yang berpotensi fisik dan
nirfisik, dilaksanakan dengan pemberian pengetahuan, keterampilan, nilai dan
sikap. Pembentukan nilai adalah nilai-nilai budaya bangsa dan juga nilai-nilai
keagamaan sesuai dengan agama masing-masing dalam rangka meningkatkan keimanan
dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Proses transformasi tersebut
berlangsung dalam jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah.
John Vaizei dalam bukunya Education in the Modern World (1965)
mengemukakan peranan pendidikan sebagai berikut : (1) melalui lembaga
mengemukakan peranan pendidikan tinggi dan lembaga riset memberikan
gagasan-gagasan dan teknik baru, (2) melalui sekolah dan latihan-latihan
mempersiapkan tenaga kerja terampil berpengetahuan, dan (3) penanaman sikap.(superthowi, 2012)
Dalam
menghadapi perubahan masyarakat yang terus menerus dan berjalan secara cepat
manusia dituntut untuk selalu belajar dan adaptasi dengan perkembangan
masyarakat sesuai dengan zamannya. Dengan perkataan lain manusia akan menjadi
”pelajar seumur hidup”. Untuk itu sekolah berperan untuk mepersiapkan peserta
didiknya menjadi pelajar seumur hidup yang mampu belajar secara mandiri dengan
memanfaatkan berbagai sumber belajar baik yang ada di sekolah maupun di luar
sekolah. Menurut Moedjiono dalam buku dasar-dasar Kependidikan (1986),
mengemukakan bahwa aktivitas belajar dalam rangka menghadapi
perubahan-perubahan yang cepat di dalam masyarakat menghendaki (1) kemampuan
untuk mendapatkan informasi, (2) keterampilan kognitif yang tinggi, (3)
kemampuan menggunakan strategi dalam memecahkan masalah, (4) kemampuan
menentukan tujuan yang ingin dicapai, (5) mengevaluasi hasil belajar sendiri,
(6) adanya motivasi untuk belajar, dan (7) adanya pemahaman diri sendiri. (superthowi, 2012)
Pendidikan
kejuruan sebagai lembaga pendidikan yang bertujuan menyiapkan lulusannya
memasuki dunia kerja memiliki peran strategis dalam menyiapkan SDM khususnya
tenaga kerja tingkat menengah. Hal ini didasarkan pada proyeksi kebutuhan
tenaga kerja di masa mendatang yang memerlukan tenaga terampil tingkat menengah
dalam jumlah yang besar. Pengalaman di lapangan maupun data proyeksi
perencanaan pembangunan menunjukkan bahwa ditinjau dari prospek kebutuhan
maupun kelayakan ekonomisnya pendidikan kejuruan masih merupakan investasi yang
cukup baik dalam mempersiapkan tenaga terampil tingkat menengah (Sukamto,
1998). Hasil analisis biaya-manfaat yang dilakukan Abbas Ghozali (2000, 2004)
menunjukkan bahwa secara keseluruhan investasi di sekolah lanjutan tingkat atas
baik SMU maupun SMK adalah menguntungkan. Selain itu ditemukan bahwa investasi
di SMK terutama SMK Teknologi adalah investasi yang paling menguntungkan.
Perubahan
paradigma pendidikan dari supply driven ke demand driven menuntut lembaga
pendidikan turut bertanggung jawab terhadap kualitas lulusan termasuk dalam hal
mendapatkan pekerjaan setelah lulus. Pendidikan tidak hanya berfungsi sebagai
pemasok tenaga kerja, namun dituntut menghasilkan lulusan yang memang
benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat dan dunia kerja. Oleh karena itu lembaga
pendidikan termasuk SMK sudah selayaknya selalu melakukan evaluasi terhadap
lulusannya untuk mendapatkan umpan balik keberhasilan programnya.
Berbagai
upaya telah dilakukan oleh lembaga pendidikan menengah kejuruan, agar
menghasilkan lulusan yang benar-benar dibutuhkan oleh dunia kerja sebagai wujud
pertanggungjawaban kepada masyarakat. Upaya tersebut di antaranya dengan
diterapkannya kebijakan link and match, pendidikan sistem ganda, pendidikan
berbasis kompetensi, Broad-based Education, maupun Life Skill Education yang
kesemuanya bertujuan meningkatkan kualitas lulusan sesuai dengan kebutuhan riil
di lapangan kerja. (PELITA PASCASARJANA, 2008)
Seiring dengan tuntutan global, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta tuntutan dunia kerja ke depan, berbagai
kebijakan baru telah digulirkan di antaranya dengan Penerapan Kurikulum 2013 (K13), Optimalisasi Peran Dewan Sekolah dan Komite Sekolah,
Pengembangan Sekolah Standar Nasional dan Sekolah Bertaraf Internasional.
Melalui kebijakan ini diharapkan lulusan SMK benar-benar siap memasuki lapangan
kerja.
Referensi:
Abbas Ghozali, 2000. Analisis biaya-manfaat SMU dan SMK. Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan, No. 022. Tahun ke-5. Hal. 57 – 85.
Pendidikan dan Kebudayaan, No. 022. Tahun ke-5. Hal. 57 – 85.
Sukamto, 1998. Orientasi dunia kerja dalam proses dan status akreditasi
SMK. Jurnal Kependidikan Edisi Khusus Dies Tahun XXXVIII. Hal. 109
–126.
SMK. Jurnal Kependidikan Edisi Khusus Dies Tahun XXXVIII. Hal. 109
–126.
https://superthowi.wordpress.com/2012/08/14/peranan-manusia-dan-pendidikan-dalam-pembangunan-2/
http://www.encyclopedia.com/social-sciences/dictionaries-thesauruses-pictures-and-press-releases/human-capital-theory
http://pelitapascasarjana.blogspot.co.id/2008/11/upaya-smk-mencitakan-lulusan-siap-kerja.html
http://www.kejuruan.net/2016/04/keterkaitan-pendidikan-kejuruanvokasi.html
http://www.kejuruan.net/2016/04/keterkaitan-pendidikan-kejuruanvokasi.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar