GALERY

Rabu, 12 April 2017

PERENCANAAN DAN PEMELIHARAAN SISTEM PLUMBING (SOUFYAN MOH. NOERBAMBANG, TOKEO MORIMURA) Part 2



4. PERANCANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR PANAS
4.1 Sistem Penyediaan, Metoda Pemanasan, Temperatur dan Laju Aliran Air Panas
4.1.1 Sistem Penyediaan Air Panas
1)        Umum
Sistem penyediaan air panas adalah instalasi yang menyediakan air panas dengan menggunakan sumber air bersih, dipanaskan dengan berbagai cara, baik langsung dari alat pemanas ataupun melalui sistim perpipaan. Seperti halnya untuk air bersih, peralatan air panas juga harus memenuhi syarat sanitasi
2)        Instalasi Lokal
Instalasi jenis local ini dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu :
a)      Pemanasan sesaat (instantaneous)
b)      Pemanasan simpan (storage)
c)      Pencampuran uap panas dengan air
3)        Instalasi Sentral
Pada jenis ini, air panas dibangkitkan di suatu tempat dalam gedung, kemudian dengan pipa distribusi dialirkan ke seluruh lokasi alat plambing yang membutuhkan air panas. Biasanya digunakan untuk bahan bakar minyak. Belakangan ini di beberapa Negara digunakan gas karena persyaratan pengotoran lingkungan yang makin berat. Listrik sebagai sumber kalor jarang sekali digunakan mengingat harganya yang mahal.
4.1.2 Cara Pemanasan
1)        Cara Pemanasan Langsung
a)      Ketel Pemanas Air (Storage Hot Water Boiler)
b)      Kombinasi Ketel Pemanas Air dan Tangki Penyimpan
c)      Pemanas Satu-Jalan (Once-Through)
2)        Cara Pemanasan Tidak Langsung
Pada instalasi dengan cara tidak langsung, ada beberapa hal berikut ini yang perlu diperhatikan;
a)      Ditinjau dari segi keselamatan dan pengkaratan, kalau digunakan uap sebagai pemanas maka tekanan uap sebaiknya dibuat tidak lebih dari 2 kg/cm2.
b)      Kalau uap yang masuk ke dalam tangki pemanas air bertekanan cukup tinggi, perlu dipasang pemecah vakum dan pelepas udara pada pipa masuknya. Vakum mungkin bisa timbul waktu air dingin masuk tangki mengenai pipa uap masuk.
4.2 Ukuran Pipa Air Panas
4.2.1 Sistem Pipa
1)      Klasifikasi
Sistempenyediaan air panas dapat dibagi menjadi beberapa klasifikasi berdasarkan system pipanya, cara penyediaannya, dan cara sirkulasinya. Menurut system pipanya ada dua macam;
a)      Sistem aliran ke atas (up feed): air panas dialirkan kepada alat-alat plambing melalui pipa-pipa cabang dari suatu pipa utama yang dipasang pada lantai terbawah gedung.
b)      System aliran ke bawah (down feed): air panas dialirkan kepada alat-alat plambing melalui pipa-pipa cabang dari suatu pipa utama yang dipasang padalantai paling atas gedung
Menurut cara penyediaannya ada dua macam, yaitu;
a)      System pipa tunggal
b)      System sirkulasi atau system dua pipa
Menurut cara sirkulasinya ada dua macam, yaitu:
a)      Sirkulasi secara alam
b)      Sirkulasi paksaan, dengan menggunakan pompa
2)      Hal-Hal Penting pada Sistem Pipa Air Panas
a)        Pipa Tidak Rata dan Kemiringan Pipa
Dalam system aliran ke atas, pipa mendatar harus dimiringkan sedikit k eats, sedang pada system aliran ke bawah, pipa mendatar dimiringkan sedikit ke bawah. Pipa penyediaan dibuat sedikit miring k eats dan pipa balik miring ke bawah. Kemiringan tersebut dibuat securam mungkin sejauh penempatannya masih memungkinkan. Biasanya untuk dapat membuang udaradengan efektif, kemiringannya dibuat sekurang-kurangnya 1:200 sampai 1:300 ke arah katup pelepas udara. Kalau keadaam tidak memungkinkan pemasangan katup pelepas udara, sebuah keran air panas yang dipasang pada cabang tertinggi juga dapat berfungsi sebagai pelepas udara.
b)        Perbandingan Antar Sistem Pipa Tunggal dan Sistem Sirkulasi
Pada system pipa tunggal, di mana pipa hanya akan menghantarkan air pas dari tangki penyimpan atau dari pemanas tanpa pipa balik, dapat terjadi keadaan di mana air panas akan “diam” untuk beberapa waktu di dalam pipa. Walaupun pipa tersebut diisolasi, tetap akan terjadi kerugian panas melalui dinding pipa dan air panas dalam pipa dapat turun temperaturnya. Makin panjang pipanya, makin lama waktu airnya “diam”, dan makin rendah temperature sekeliling pipa, maka makin besar pula penurunan temperature air panas dalam pipa. Ini adalah ciri kelemahan system pipa tunggal.
Pada system sirkulasi ada dua pipa, yaitu pipa hantar dan pipa balik. Dalam keadaan di mana tidak ada keran air panas digunakan, air tetap mengalir (=disirkulasikan) dari tangki penyimpanan ke dalam pipa hantar dan kemudian melalui pipa balik kembali ke tangki penyimpanan. Laju aliran air yang disirkulasikan adalah sedemikian agar penurunan temperatur air dalam pipa hantar terpanjang akibat kehilangan oanas melalui dindingpipa masing-masing dalam batas yang direncanakan, sehingga pada waktu keran dibuka air panas yang keluar masih pada temperature minimum yang direncanakan.
c)        Sirkulasi Alam dan Sirkulasi Paksaan
Dalam system sirkulasi alam atau system gravitasi, perbedaan temperature air dalam pipa akan memberikan perbedaan “tekanan”, yang kalau lebih besar dari pada kerugian gesekan maka air panas dapat mengalir atau bersirkulasi. Laju aliran air dalam system ini biasanya cukup kecil sehingga hanya diterapkan pada gedung-gedung ukuran kecil.
Dalam system sirkulais paksaan dipasang sebuah pompa pada pipa balik, sehingga laju aliran air panas dalam pipa balik relative konstan walaupun laju aliran dalam pipa hantar kan berubah sesuai dengan berubahnya keran-keran air panas yang dibuka.
d)       Keseragaman Temperatur Air Panas
4.2.2 Pemasangan Katup
Katup pemisah (stop value) biasanyajuga dipasang pada bagian bawah atau bagian atas setiap cabang, baik pipa hantar maupun pipa balik untuk memudahkan perawatan dan perbaikan
4.2.3 Penentuan Ukuran Pipa
Ada dua macam cara menentukan laju aliran air panas. Cara pertama adalah dengan menentukan pemakaian air maksimum per jam dan laju aliran pada beban puncak sebesar 1,5 kali sampai 2 kalinya. Cara kedua dengan menghitung jumlah unit beban alat plambing air panas, mirip seperti pada air dingin.
4.2.4 Pipa Ekspansi dan Tangki Ekspansi
1)        Jenis Terbuka
Cara ini juga dapat “melepaskan” udara yang terpisah dari air dalam pemanas, menggelembung melalui pipa tersebut ke dalam tangki di atap tadi. Pipa ekspansi tersebut di atas harus dipasang khusus dan terpisah dari pipa-pipa lainnya dan tidak ada katup yang dipasang pada pipa tersebut.
2)        Tangki Ekspansi Jenis Tertutup dan Katup Pengaman
Pipa ekspansi sulit dipasang dalam keadaan-keadaan berikut ini:
a)      Dalam system penyediaan air sambungan langsung
b)      Dalam system dengan tangki tekan
c)      Dalam system penyediaan air setelah melewati katup reduser tekanan
d)     Alat pemanas dipasang sangat jauh dari sumber air dingin seperti tangki atap yang cukup tinggi
4.3 Konstruksi dan Kapasitas Alat dalam Sistem
4.3.1 Jenis Alat
1)      Alat Pemanas
a)        Alat pemanas sesaat (instantaneous water heater)
(i)        Pemanas gas sesaat
(ii)      Pemanas gas sesaat yang dibalans
(iii)    Pemanas listrik sesaat
b)        Ketel air panas satu jalan (once-through)
c)        Tangki pemanas air untuk minum
d)       Tangki pemanas air
(i)       Tangki pemanas air dengan gas
(ii)     Tangki pemanas air dengan bahan bakar minyak
(iii)   Tangki pemanas dengan listrik
(iv)   Pemanas air dengan listrik khusus
2)      Pemanas Lain-Lain
a)        Pemanas air bak mandi kombinasi
b)        Pemanas listrik yang direndam langsung dalam bak mandi
c)        Pemanas dengan menyemprotkan uap panas langsung ke dalam bak air
d)       Pencampur uap panas dengan air dingin
3)      Tangki Penyimpan Air Panas
4)      Alat Penukar Kalor
5)      Pemanas Air Energi Surya
6)      Pompa Sirkulasi
4.3.2 Konstruksi Peralatan
1)      Pemanas Air
a)      Pemanas Air Sesaat
(i)       Pemanas air gas
Ada beberapa macam pemanas air sesaat dengan gas. Pada jenis yang kecil ada yang dengan system interlock da nada yang dengan diafram. Yang dengan interlock, katup penyalur air berhubungan dengan katup pengatur gas. Yang dengan system diafram, katup gas akan terbuka oleh perubahan tekanan air.
(ii)     Pemanas air gas yang dibalans
(iii)   Pemanas air listrik sesaat
b)      Ketel Pemanas Air Satu-Jalan
c)      Tangki Pemanas Air untuk Minum
d)     Tangki Pemanas Air Penggunaa Umum
(i)        Tangki pemanas dengan gas
(ii)      Tangki pemanas dengan pembakar minyak
(iii)    Tangki pemanas dengan listrik
(iv)    Tangki pemanas air dengan pengaturan listrik khusus
2)      Alat-Alat Pemanas Lainnya
a)        Kombinasi Ketel Pemanas, Pancuran Mandi, Dan Pembilas
b)        Pemanas Peredam (Silencer)
c)        Pencampur Air Dan Uap
3)      Tangki Penyimpan
4)      Penukar Kalor
5)      Pemanas Air Tenaga Surya
6)      Pompa Sirkulasi Air Panas
4.3.3 Penentuan Kapasitas Peralatan
1)      Kapasitas Pemanas Satu-Jalan
Pemanas jenis ini tidak menyimpan air panas, melainkan langsung memanaskan air dingin yang dialirkan melalui pipa pemanas. Kapasitas alat ditentukan oleh laju aliran terbesar air panas yang dibutuhkan pemakai.
2)      Kapasitas Tangki Pemanas Untuk Air Minum
Pemanas jenis ini berfungsi menyediakan air untuk menyeduh minuman panas seperti the dan kopi.
3)      Kapasitas Tangki Pemanas Lainnya
a)        Hubungan Antara Kapasitas Penyimpanan dan Kapasitas Pemanas
Kapasitas penyimpanan ditentukan sekurang-kurangnya harus dapat melayani jumlah air yang dibutuhkan dan kondisi penggunaan air panas. Kalau direncanakan terhadap keadaan pada waktu pemakaian air terbesar, maka kapasitas pemanas akan terlalu besar terutama pada waktu pemakaian air kecil
b)        Sumber Kalor dan Pemakaian Kalor
c)        Kapasitas Koil /Pipa pada Pemanas Tak Langsung
Pemanas tak langsung, pada dasarnya sebuah penukar kalor, menggunakan uap air panas atau air panas sebagai sumber kalor. Satu jenis mengalirkan uap atau air pemanas di dalam koil/pipa dan air dingin yang akan dipanaskan berada di luar pipa: jenis lain sebaliknya, air dingin yang dialirkan dalam pipa tersebut.


5.  PERANCANGAN SISTEM PEMBUANGAN DAN VEN
Sistem plumbing air buangan diperlukan untuk mengalirkan air buangan dari fasilitas saniter terpasang dalam bangunan menuju ke saluran pembuangan kota. Definisi dari air buangan disini ialah air bekas pakai, yaitu air yang sudah keluar dari kran atau suplai air minum lainnya. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam plumbing air buangan adalah :
  • Pengalirannya pada tekanan atmosfir, artinya garis energinya sama dengan kemiringan muka air, atau sama dengan kemiringan ( slope ) pipa
  • Dimensinya selalu dinyatakan dalam diameter dan slope pipa ( kemiringan pipa )
  • Sambungan dalam perpipaan air buangan harus menggunakan Y-tee atau Y-cross
  • Harus ada water trap ( perangkap air ) dari setiap alat plumbing
  • Harus dibarengi dengan perpipaan ven ( ven sistem ), terutama untuk bangunan berlantai banyak
Terminologi dalam Plumbing Air Buangan
a.       Drainage pipe adalah pipa air buangan
b.      Soil pipe adalah pipa yang khusus menyalurkan air buangan yang mengandung fecal
c.       Waste pipe adalah pipa yang khusus mengalirkan air buangan yang tidak mengandung fecal
d.      Sanitary pipe adalah pipa yang menyalurkan air buangan yang mengandung fecal maupun yang tidak mengandung fecal
e.       Pipa ven adalah pipa untuk mengalirkan gas-gas yang dihasilkan dari pembusukan
f.       Branch adalah pipa horizontal
g.      Stack adalah pipa tegak
h.      Buiding drain adalah pipa air buangan horizontal yang terletak paling bawah ( tertanam di tanah ) ,dibawah bangunan
i.        Sewerage adalah jaringan pipa air buangan
j.        Sewer adalah pipa air buangan
k.      Sewage adalah air buangan yang berada di dalam sewerage



5.1  Dasar-dasar sistem Pembuangan
5.1.1        Jenis Air buangan
  Air buangan atau sering pula disebut air limbah, adalah semua cairan yang dibuang, baik yang mengandung kotoran manusia, hewan, bekas tumbuhan-tumbuhan, maupun yang mengandung sisa-sisa proses dari industri.
Air buangan dapat dibagi menjadi empat golongan:
1.      Air kotor: air buangan yang berasal dari kloset, peturasan, bidet, dan air buangan mengandung kotoran manusia yang berasal dari alat-alat plambing lainnya.
2.      Air bekas: air buangan yang berasal dari alat-alat plambing lainnya, seperti bak mandi (bathtub), bak cuci tangan, bak dapur dsb.
3.      Air hujan: dari atap, halaman dsb.
4.      Air buangan khusus: yang mengandung gas, racun, atau bahan-bahan berbahaya sseperti yang berasal dari pabrik, air buangan dari laboratorium, tempat pengobatan, tempat pemeriksaan di RS, rumah pemotongan hewan, air buangan dari PLTN atau laboratorium penelitian atau pengobatan yangn menggunakan bahan radioaktif.
5.1.2        Klasifikasi sistem pembuangan air
1.        Klasifikasi menurut jenis air buangan:
a)    Sistem pembuangan air kotor
Adalah sistem pembuangan, yang dilalui air kotor dari kloset, peturasan, dan lain-lain dalam gedung dikumpulkan dan dialirkan keluar.
b)   Sistem pembuangan air bekas
Adalah sistem pembuangan di mana air bekas dalam gedung dikumpulkan dan dialirkan ke luar.
c)    Sistem pembuangan air hujan
Adalah sistem pembuangan di mana hanya air hujan dari atap gedung dan tempat lainnya dikumpulkan dan dialirkan ke luar.
d)   Sistem air buangan khusus
Hanya untuk air buangan khusus, perlu disediakan peralatan pengolahan yang tepat pada sumbernya dan baru kemudian dimasukkan ke dalam riol umum.
e)    Sistem pembuangan air dari dapur
Khusus untuk air buangan yang berasal dari bak cuci di dapur.

2.        Klasifikasi menurut cara pembuangan air
a)    Sistem pembuangan air campuran
Yaitu sistem pembuangan, dimana segala macam air buangan dikumpulkan ke dalam satu saluran dan dialirkan ke luar gedung, tanpa memperhatikan jenis air buangannya.
b)   Sistem pembuangan terpisah
Yaitu sistem pembuangan, dimana setiap jenis air buangan dikumpulkan dan dialirkan ke luar gedung secara terpisah.
c)    Sistem pembuangan tak langsung
Yaitu sistem pembuangan, dimana air buangan dari beberapa lantai gedung bertingkat digabungkan dalam satu kelompok. Pada setiap akhir gabungan perlu dipasang pemecah aliran.
3.        Klasifikasi menurut cara pengaliran
a)    Sistem gravitasi
Dimana air buangan mengalir dari tempat yang lebih tinggi secara gravitasi ke saluran umum yang letaknya lebih rendah.
b)   Sistem bertekanan
Dimana saluran umum letaknya lebih tinggi dari letak alat-alat plambing, sehingga air buangan dikumpulkan lebih dahulu dalam suatu bak penampung kemudian dipompakan ke luar ke dalam riol umum.
4.        Klasifikasi menurut letaknya
a)    Sistem pembuangan gedung
Yaitu sistem pembuangan yang terletak dalam gedung, sampai jarak satu meter dari dinding paling luar gedung tersebut.
b)   Sistem pembuangan di luar gedung atau roil gedung
Yaitu sistem pembuangan di luar gedung, di halaman, mulai satu meter dari dinding paling luar gedung tersebuutr sampai ke riol umum.

5.1.3        Kemiringan pipa dan kecepatan aliran
Sistem pembuangan harus mampu mengalirkan dengan cepat air buangan yang biasanya mengandung bagian-bagian padat. Untuk maksud tersebuut, pipa buangan harus mempunyai ukuran dan kemiringan yang cukup, sesuai dengan banyaknya dan jenis air buangan yang harus dialirkan..
Biasanya pipa dianggap tidak penuh berisi air buangan, melainkan hanya tidak lebih dari 2/3 terhadap penampang pipa, sehingga bagian atas yang “kosong" cukup untuk mengalirkan udara.

Tabel 5.1: Kemiringan pipa pembuangan horizontal
Diameter pipa (mm)
Kemiringan minimum
75 atau kurang
100 atau kurang
1/50
1/100

Kemiringan pipa pembuangan gedung dan riol gedung dapat dibuat lebih landai dari pada yang dinyatakan dalam tabel asal kecepatannya tidak kurang dari 0.6 m/detik. Kalau kurang, kotoran dalam air buangan pada akhirnya akan dapat menyumbat pipa. Sebaliknya bila terlalu cepat akan menimbulkan turbulensi aliran yang dapat menimbulkan gejolak-gejolak tekanan dalam pipa. Disamping itu kemiringan lebih curam dari 1/50 cenderung menimbulkan efek sifon yang akan menyedot air penutup dalam perangkap alat plambing.
Untuk jalur yang panjang, ukuran pipa sebaiknya tidak kurang dari 50 mm karena endapan kotoran ataupun kerak walaupun dipasang dengan kemiringan yang cukup akan menyumbat.

5.1.4        Lubang pembersih
1.        Syarat dan lokasi pemasangan lubang pembersih
a)      Syarat pemasangan lubang pembersih
Lubang pembersih harus dipasang pada tempat yang mudah dicapai dan sekelilingnya cukup luas untuk orang melakukan pembersihan pipa.
b)      Lokasi lubang pembersih:
·      Awal dari cabang mendatar atau pipa pembuangan gedung.
·      Pada pipa mendatar yang panjang.
·      Pada tempat dimana pipa pembuangan membelok dengan sudut lebih dari 45º.
·      Bagian bawah dari pipa tegak atau di dekatnya.
·      Dekat sambungan antara pipa pembuangan gedung denan roil gedung.
·      Pada beberapa tempat sepanjang pipa pembuangan yang ditanam dalam tanah.
2.        Ukuran lubang pembersih
Untuk ukuran pipa sampai dengan 100mm ukuran lubang pembersihnya sama dengan ukuran pipa, dan untuk pipa yang lebih besar ukuran lubang pembersih dibuat 100 mm.
3.        Lokasi pemasangan
Jarak antara lubang-lubang pembersih sepanjang pipa pembuangan untuk pipa ukuran sampai dengan 100 mm tidak boleh lebih dari 15 m, sedang untuk pipa ukuran lebih besar tidak boleh lebih dari 30 m.

5.1.5        Perhitungan Penetapan Diameter Pipa Air Buangan
Table 5.2 Diameter pipa buangan
Diameter pipa buangan alat plambing atau perangkapnya (mm)
Unit alat plambing sebagai beba
32 atau kurang
1
40
2
30
3
65
4
75
5
100
6

5.2  Dasar-dasar Sistem Ven
5.2.1        Tujuan sistem ven
       Bersama-sama dengan alat perangkap, pipa ven merupakan bagian penting dari suatu system pembuangan. Tujuan pemasangan pipa ven adalah sebagai berikut:
1) Menjaga sekat perangkap dari efek sifon atau tekanan.
2) Menjaga sirkulasi yang lancer dalam pipa pembuangan.
3) Mensirkulasikan udara dalam pipa pembuangan.
Karena tujuan utamanya adalah menjaga agar perangkap tetap mempunyai sekat air, maka pipa ven harus dipasang sedemikian rupa agar mencegah hilangnya sekat air.

5.2.2        Jenis sistem ven dan pipa ven
1.        Jenis pipa ven
a)     Ven tunggal
Pipa ini dipasang untuk melayani satu alat plambing dan disambungkan kepada sistem ven lainnya atau langsung terbuka ke udara luar.
b)    Ven lup
Pipa ini melayani dua atau lebih perangkap lat plambing, dan disambungkan kepada pipa ven tegak.
c)     Ven pipa tegak
Pipa ini merupakan perpanjangna dari ipa tegak air buangan, di atas cabang mendatar pipa air buangan tertinggi.
d)    Ven bersama
Pipa ini adalah satu pipa ven yang melayani perangkap dari dua alat plambing yang dipasang bertolak belakang atau sejajar dan dipasang pada tempat di mana kedua pipa pengering alat plambing tersebut disambungkan bersama.
e)     Ven basah
Adalah pipa ven yang juga menerima air buangan berasal dari alat plambing selain kloset.
f)     Ven pelepas
Adalah pipa ven untuk melepas tekanan udara dlam pipa pembuangan.
g)    Pipa ven balik
Adalah bagian pipa ven tunggal yang membelok ke bawah, setelah bagian tegak ke atas sampai lebih tinggi dari muka air banjir alat plambing, dan yang kemudian disambungkan kepada pipa tegak ven setelah dipasang mendatar di bawah lantai.


h)    Pipa ven yoke
Pipa ven ini suatu ven pelepas, yang menghubungkan pipa tegak air buangan kepada pipa tegak ven, untuk mencegah perubahan tekanan dalam pipa tegak air buangan yang bersangkutan.
2.        Sistem ven
a. Sistem ven tunggal
Adalah sistem ven dimana pada setiap alat plambing dipsang sebuah pipa ven.
b. Sistem ven tunggal
Sistem ini melayani dua atau lebih alat plambing (maksimal 8) dipasang pada cabang mendatar pipa air buangan dan disambungkan kepada pipa ven tegak.
c. Sistem ven pipa tegak
Semua pipa pengering alat plambing disambung langsung kepada pipa tegak air buangan.
d. Sistem ven lainnya
1) Sistem ven bersama
2) Sistem ven basah
3) Sistem ven balik
4) Sistem ven yoke
e. Pipa tegak ven
 Pipa tegak ven dipasang dalam hal dimana pipa tegak air kotor atau air bekas melayani dua interval cabang atau lebih, dan dalam hal ini dimana alat-alat plambing pada setiap lantai mempunyai pipa ven tunggal atau pipa ven jenis lainnya. Bagian atas pipa ini harus terbuka langsung ke udara luar di atas atap tanpa dikurangi ukurannya.
3.        Persyaratan untuk pipa ven
1) Kemiringan pipa ven
    Pipa ven harus dibuat dengan kemiringan agar titik air yang terbentuk atau air yang terbawa masuk ke dalamnya dapat mengalir secara gravitasi kembali ke pipa pembuangan.
2) Cabang pada pipa ven
   Dalam membuat cabang pipa ven harus diusahakan agar udara tidak akan terhalang oleh masuknya air kotor atau air bekas. Pipa ven untuk cabang mendatar pipa air buangan harus disambungkan kepada pipa cabang mendatar tersebut pada bagian tertinggi dari penampang pipa cabang tersebut secara vertikal; hanya dalam keadaan terpaksa boleh disambungkan dengan sudut tidak lebih dari 45˚ terhadap vertikal. Syarat ini untuk mencegah masuknya air buangan ke dalam pipa ven dalam keadaan pipa buangan (tempat pipa ven tersebut disambungkan) kebetulan sedang penuh dengan air buangan. 
3) Letak bagian mendatar pipa ven
    Dari tempat sambungan pipa ven dengan cabang mandatar pipa air buangan, pipa ven tersebut harus dibuat tegak sampai sekurang-kurangnya 150 mm di atas muka air banjir alat plambing tertinggi yang dilayani ven tersebut, sebelum dibelokkan mendatar atau disambungkan kepada cabang pipa ven.
4) Ujung pipa ven
   Ujung pipa ven harus terbuka ke udara luar, tetapi harus dengan cara yang tidak menimbulkan gangguan kesehatan. Syarat untuk pembukaan ujung pipa tersebut:
a) Ujung terbuka
1) Pipa ven yang menembus atap, ujung yang terbuka ke udara luar harus berada sekurang-kurangnya 15 cm di atas bidang atap tersebut.
2) Kalau atap dipakai sebagai taman, jemuran pakaian dsb, ujung yang terbuka ke udara luar harus berada sekurang-kurangnya 2 m di atas bidang atap tersebut.
3) Ujung pipa ven tidak boleh digunakan sebagai tiang bendera, antena televisi, dsb.
b) Lokasi ujung pipa ven
1) Tidak boleh berada langsung di bawah pintu, lubang masuk udara venilasi dsb, dan juga tidak boleh berada dalam jarak 3 m horisontal dari padanya kecuali kalau sekurang-kurangnya 60 cm diatasnnya.
2) Konstruksi bagian pipa ven menembus atap harus sedemikian hingga tidak mengganggu fungsinya.
3) Ujung pipa ven tidak boleh ditempatkan di bawah bagian atap yang menjorok keluar gas-gas dari pipa pembuangan mungkin akan terkumpul dan dapat menimbulkan gangguan.
4) Di lingkungan tertentu mungkin perlu dipasang kawat saringan untuk mencegah masuknya daun-daun kecil atau burung bersarang di dalamnya.



6. HAL UMUM INSTALASI PLAMBING
6.1 Bahan Pipa Katup Alat Penyambung Lain-Lain
Klasifikasi
Jenis Pipa
Uraian
Standar yang diusulkan atau ekivalennya
Penggunaan
Keterangan
Air dingin
Air Panas
Buangan dan ven
Pipa ferous
Pipa besi cor
1. Pipa besi cor untuk air bersih cetakan pasir.
2. Pipa besi cor untuk air bersih, pengecoran sentrifugal, cetakan dilapis pasir.
3. Pipa besi cor untuk air bersih, pengecoran sentrifugal, cetakan dibuat dari logam.
4. Pipa dan perlengkapan dari besi cor untuk air kotor.
5. Pipa besi duktil air bersih, pengecoran sentrifugal.
6. Pipa besi cor untuk air bersih, pengecoran sentrifugal.
7. Pipa besi duktil air bersih, pengecoran sentrifugal, tipe “T”
8. Pipa besi cor untuk air kotor, dengan sambungan cincin karet
JIS G 5521



JIS G 5522






JIS G 5523







JIS G 5525




JIS G 5526




JWWA G 108



JWWA G 110




HASS 210
o




o






o












o




o




o





















o




















o

Tekanan normal


Tekanan normal





Tekanan normal






No. 1 dan 2
Pipa baja
1. Pipa baja digalvanis untuk air
2. Pipa baja dilapis cat pelindung, untuk air.
3. Pipa baja karbon, untuk air tekanan normal.
4. Pipa baja karbon, untuk air tekanan tinggi.
5. Pipa baja karbon, sambungan las listrik, untuk air.
6. Pipa baja tahan karat.
7. Pipa baja dilapis dengan PVC, untuk air bersih
JIS G 3442


JIS G 3443



JIS G 3452




JIS G 3454




JIS G 3457





JIS G 3459


JWWA K 116

o


o



o




o




o




 
o



o


o






o




o




o





o


o






o








Pipa “putih” digalvanis

Pipa “putih” digalvanis

Pipa “putih” digalvanis


Pipa “putih”

Pipa “hitam”
Pipa non-ferous
Pipa timah hitam
1. Pipa timah hitam untuk air buangan.
2. Pipa timah hitam untuk penyediaan air.
3. Pipa timah hitam untuk air buangan dan ven
JIS H 4311



JIS H 4312



HASS 203




o


o







o

No. 1 dan 2


No. 1 dan 2
Pipa tembaga
1.Pipa tembaga dan campuran tembaga, untuk air.
2.Perlengkapan untuk pipa tembaga dan campuran tembaga, untuk air.
3.Pipa tembaga, untuk air.
JIS H 3603




JIS H 3611





JWWA H 101

o




o





o

o




o





o

o




o

JBMA-0002 K



JBMA-0002 L




JBMA-0002 M BS 3931 N untuk pipa dinding tipis.
Pipa bukan logam
Pipa plastik
1. Pipa PVC, untuk buangan dan ven.
2. Pipa PVC, untuk air.
3.Pipa polietilen, untuk air.
4. Pipa PVC tahan tumbukan.
5. Pipa PVC (biasa)
6. Pipa kompon plastic, diperkuat dengan serat atau kawat
JIS K 6741



JIS K 6742

JIS K 6762



JWWA K 118

JSWA SK-1

JSWA SK-2




o

o




o


o

Tipe VP
Pipa asbes semen
1. Pipa asbes semen, untuk air.


2. Pipa asbes semen dilapisis dengan pelat baja.
JIS A 5301




JWWA A 110
o




o



No. 1-4 (hanya untuk di luar rumah)
Pipa beton
1. Pipa beton bertulang.
2. Pipa beton bertulang, pencetakan sentrifugal.
3. Pipa beton bertulang, digulung.
4. Pipa beton bertulang, pra-tekan, jenis dengan inti.
5. Pipa beton bertulang untuk pembuangan air.
JIS A 5302

JIS A 5303



JIS A 5332


JIS A 5333




JSWA SA-1



o

o



o


o




o






Pipa tekanan normal

Pipa tekanan normal
Pipa tanah liat
1. Pipa tanah liat.
JIS R 1201


o
Hanya untuk buangan
6.2 Perlindungan Pipa
Perlindungan pipa bertujuan:
1)      Melindungi konstruksi gedung terhadap beban berlebihan
2)      Mengamankan pipa terhadap kebakaran
3)      Melindungi pipa dari kerusakan
6.2.1 Perlindungan Konstruksi Gedung
   Perlindungan ini bertujuan mengamankan kostruksi gedung terhadap pembebanan akibat pemasangan pipa dan perlengkapannya, agar tidak menimbulkan kerusakan pada konstruksi gedung itu sendiri. Bagian konstruksi gedung yang harus dilindungi ini terutamadalah pondasi, kolom, balok, dinding dan pelat lantai, dan dilindungi terhadap pembebanan berlebihan dari berta, gaya, momen, dan getara yang ditimbulkan system pipa.
1)      Memperkuat Konsruksi Gedung
Lubang untuk pipa pada bagian-bagian tersebut akan dapat memperlemah konstruksi pondasi, balok, atau dinding tersebut. Oleh karena itu, pipa tidak boleh langsung dipasang menembus bagian konstruksi teersebut melainkan harus dibuat suatu selubung (sleeve) dipasang pada tempat di mana pipa harus menembus bagian konstruksi tersebut. Selubung ini harus dilengkapi dengan batang-batang pengikat (reinforcing bars) sehingga dapat bersatu dengan kuat pada pondasi, balok atau dinding tadi.
2)      Bahan dan Ukuran Selubung
a)      Selubung Pipa pada Konstruksi Beton Bertulang
Perlu diperhatikan tebal dinding selubung tersebut, sekurang-kurangnya 1,2 sampai 3,0 mm,  bergantung pada ukuran konstruksi beton di mana selubung tersebut dipasang.
b)      Selubung Pipa pada Konstruksi Baja
Pada konstruksi ini harus digunakan selubung yang dibuat dari pelat baja atau dari pipa baja. Tebal dinding selubung sekurang-kurangnya 1,2 mm.
c)      Ukuran Selubung
Umumnya diameter selubung ditetapkan sebesar diameter pipa (yang ka masuk dalam selubung tersebut) ditambah 50 mm sampai 70 mm. apabila selubung diperbesar tidak akan mempengaruhi kekuatan konstruksi bagian gedung tersebut, dengan menambah diameter pipa dengan 75 mmm sampai 100 mm akan memudahkan pemasangan pipa kalau terjadi kesalahan sedikit pada lokasi selubung.
3)      Perlindungan bagi Peralatan Lain
Di dalam cerobong elevator tidak boleh dipasang pipa-pipa air panas maupun dingin, air buangan ataupun pipa lainnya yang tidak ada hubungannya dengan operasi elevator tersebut.
6.2.2 Pengamanan untuk Mencegah Kebakaran
   Bagian pipa yang menembus dinding semacam ini harus dibuat dari bahan yang tidak dapat terbakar (misalnya baja), dalam jarak sekurang-kurangnya satu meter dari masing-masing sisi dinding yang ditembus tersebut. Misalnya kalau pipa yang  menembus dinding tersebut adalah pipa PVC, pada bagian yang menembus dinding sebaiknya diganti atau diselubungi dengan pipa baja dalam jarak seperti tersebut di atas.
6.2.3 Perlindungan untuk Pipa
1) Pengamanan terhadap Kawat
Pipa baja (kecuali baja anti karat) dikatakan paling mudah berkarat, terutama pada bagian yang diulir. Oleh karena itu, setelah pipa yang diulir disambungkan dengan pipa atau peralatan lain, bagian berulir yang masih kelihatan sebaiknya dilapis dengan aspal atau cat untuk menahan kawat. Korosi terjadi umumnya setelah pipa ditanam dalam tanah atau dalam beton.
a)      Pipa di dalam atau di atas tanah
(i)        Pipa baja
Salah satu cara melindungi pipa baja terhadap karat adalah dengan melapisinya dengan cat anti-korosi, misalnya ter, dan setelah kering baru ditanam dalam tanah. Cara lain adalah dengan melilit pipa dengan plester PVC. Cara terbaik adalah dengan melilit pipa dengan pita dari anyaman serat “jute” yang telah direndam aspal. Perlengkapan pipa (fittings) dan bagian ulir yang terbuka harus pula dilindungi denga cara yangsam dengan cara perlindungan pipa.
(ii)      Pipa timah hitam
Umumnya pipa timah hitam dapat dipasang tanpa perlindungan khusus terhadap korosi. Untuk tanah yang jelek dapat ditempuh cara perlindungan yang sama seperti pada pipa baja.
(iii)    Pipa tembaga
Secara umum cara perlindungannya sama dengan pada pipa baja. Kalau tanahnya mengandung asam sulfuric, asam hidroklorik, ammoniak, gas metan, abu batubara, pipany perlu dilindungi dengan bahan yang tahan bahan-bahan kimia tersebut.
b)      Kemungkinan korosi elektrolitik
Perlu diperhatikan jarak yang cukup antara pipa dengan instalasi atau alat listrik yang dapat menimbulkan proses korosi elektrolitik, misalnya jarak satu meter atau lebih antara pipa dengan rel kereta listrik (arus searah), lebih dari 10 cm jaraknya dengan kabel listrik (kabel tegangan rendah dalam gedung), lebih dari 30 cm jaraknya dengan kabel listrik yang terbuka. Di samping itu harus diterapkan salah satu dari cara-cara berikut:
(1)   Pipa dibungkus dengan bahan anti-korosi
(2)   Pipa dilindungi dengan pipa beton bertulang
(3)   Sambungan pipa dibuat dari bahan isolator listrik
c)      Dalamnya penanaman pipa
Kalau ketentuan yang mengatur tersebut belum ada, dapat diikuti pedoman kedalaman penanaman pipa berikut ini:
(1)   40 cm atau lebih untuk daerah di mana tidak ada lalu lintas kendaraan.
(2)   60 cm atau lebih untuk daerah di bawah jalan dengan lalu lintas kendaraan ringan
(3)   90 cm atau lebih untuk daerah di bawah jalan dengan lalu lintas kendaraan umum atau kendaraan berat.
(4)   20 cm atau lebih di bawah pondasi jalan yang diaspal.
d)     Pipa dalam beton
(i)        Pipa Baja
(ii)      Pipa Timah Hitam
(iii)    Pipa Tembaga
e)      Pipa dalam “beton ringan”
Disebabkan oleh alkalinitasnya, campura “beton ringan” bersifat sangat korosif dan oleh karena itu semua pipa logam harus dilindungi dengan membungkusnya dengan bahan anti-korosi seperti contoh-contoh tersebut di atas.
2)      Pengamanan terhadap Kerusakan Lain
a.         Selubung pipa (sleeve)
b.        Bahan dn ukuran selubung’
c.         Pemsangan cetakan
d.        Pengamanan terhadap perubahan bentuk
3)      Sambungan ekspansi belokan (expantion bend)
4)      Sambungan ekspansi bola (ball joint)
6.3 Penggantung dan Penumpu Pipa
Hal-hal berikut ini perlu diperhatikan untuk penggantung dan penumpu pipa.
1)      Berat Pipa
2)      Jenis Pipa
3)      Mencegah Perambatan Getaran
4)      Ekspansi Pipa
5)      Jarak antara Pipa
6)      Pertimbangan untuk Pekerjaan Lainnya
7)      Beberapa Pipa Sejajar
8)      Penggantungan PIpa pada Pipa Lainnya
9)      Baut Penggantung Pipa
10)  Kebebasan Arah Lateral
6.3.1 Lokasi dan Jarak Antar Penggantung
Penggantung atau penumpu pipa harus dipasang pada tempat-tempat berikut ini:
1)      Di sekitar katup dan sambungan ekspansi (untuk katup ukuran 100 mm atau lebih harus dipasang pada kedua sisinya)
2)      Pada belokan pipa mendatar
3)      Pada dasar pipa tegak
4)      Pada cabang pipa
5)      Pada pipa yang disambungkan ke mesin atau peralatan, di dekat mesin atau peralatan tersebut
6.3.2 Cara Menggantung atau Menumpu
1)      Pipa dalam Gedung
(i)        Insert
(ii)      Penggantung pipa
(iii)    Klem pipa
(iv)    Penggantung bersama
(v)      Penggantung dan penumpu pipa tegak
(vi)    Penumpu anti-getaran
(vii)  Penggantung pada dinding dan struktur gedung
2)      Penumpu Pipa dalam Tanah
Kalau pipa pembuangan tidak ditumpu dengan baik, apabila terjadi penurunan tanah (settlement) secara berangsur-angsur dapat menimbulkan perubahan kemiringan pipa. Hal ini dapat mengurangi kecepatan aliran air buangan, kalau kemiringan tersebut justru kea rah yang merugikan. Bahkan dalam keadaan yanglebih burut, dapat meretakkan sambungan pipa (terutama pipa beton) atau mematahkan pipa.



7. ALAT PLAMBING
7.1 Definisi
7.1.1 Definisi alat plambing
Istilah “alat plambing” digunakan untuk semua peralatan yang dipasang didalam maupun diluar gedung, untuk menyediakan (memasukkan) air panas atau air dingin, dan untuk menerima (mengeluarkan) air buangan.
7.1.2 Kualitas alat plambing
Bahan yang digunakan sebagai alat plambing harus memenuhi syarat-syarat berikut:
1)   Tidak menyerap air
2)   Mudah dibersihkan
3)   Tidak berkarat dan tidak mudah aus
4)   Relative mudah dibuat
5)   Mudah dipasang
7.2 Peralatan Saniter
7.2.1 Peralatan saniter secara umum
Peralatan saniter seperti kloset/kakus, peturasan, dan bak cuci tangan, umumnya dibuat dari bahan porselen atau keramik.
7.2.2 Beberapa jenis peralatan saniter
1)   Kloset
a.         Tipe Wash-out
b.        Tipe Wash-down
c.         Tipe siphon
d.        Tipe siphon-jet
e.         Tipe blow-out
2)   Peturasan
Ditinjau dari konstruksinya, peturasan dapat dibagi seperti kloset. Yang paling banyak digunakan dari tipe wash-down. Untuk tempat-tempat umum, sering dipasang peturasan berbentuk mirip “talang”, dibuat dari porselen, plastic atau baja tahan karat, dn harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a.         Dalamnya “talang” 15 cm atau lebih
b.        Pipa pembuangan ukuran 40mm atau lebih dan dilengkapi dengan saringan
c.         Pipa penggelontor harus diberi lubang-lubang untuk menyiram bidang belakang talang dengan lapisan air
d.        Laju aliran air penggelontor dapat ditentukan dengan menganggap setiap 45 cm panjang talang ekivalen dengan satu peturasan biasa
7.3 Fiting Saniter
1.      Keran air
a.       keran air yang dapat dengan mudah dibuka dan ditutup, yang umum digunakan untuk  berbagai keperluan.
b.      keran air yang dapat dibuka tetapi akan menutup sendiri, misalnya untuk cuci tangan
c.       keran air yang laju alirannya diatur ketinggian muka air, yaitu keran atau katup pelampung
2.      Katup gelontor dan tangki gelontor
a.    Katup gelontor
·           Katup gelontor untuk kloset
·           Katup gelontor peturasan
b.    Tangki gelontor
·           Tangki gelontor atas
·           Tangki gelontor rendah
c.    Lain-lain
·           Pancuran mandi
·           Pancuran minum
7.4 Perlengkapan Tambahan
Berbagai perlengkapan tambahan (accessories) diperlukan untuk alat plambing. Yang penting untuk diperhatikan adalah tempat duduk pada kloset duduk.
7.5 Alat Plambing lainnya
1. Penghancur sampah
2. Mesin pencuci piring
3. Mesin cuci (untuk baju, dsb)
4. Kloset yang hemat air


8. PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN SISTEM PLAMBING
8.1 Pemeriksaan
Ada tiga macam pemeriksaan yang perlu dilakukan, yaitu:
1)   Pemeriksaan sebagian-sebagian
2)   Pemeriksaan setelah selesai pemsangan
3)   Pemeriksaan ulang
Tujuannya adalah untuk memeriksa, apakah konstruksinya, fungsinya, serta kelakuan dari seluruh system, alat plambing, mesin-mesin dan perlengkapan lainnya, telah dapat memenuhi persyaratan yang berlaku dan sesuai dengan yang direncanakan.
8.2 Pengujian
8.2.1 Pemeriksaan tekan uji
Harus diperiksa agar tekanan uji akan sampai ke semua bagian dari system plambing, dengan membuka semua tutup sementara (yang biasa dipasang pada waktu pelaksaan untuk mencegah masuknya kotoran ke dalam system). Bagian dari system plambing yang akan diuji harus dapat “dipisahkan” dengan katup dari seluruh instalasi. Air untuk menguji tekan harus dimasukkan berlahan-lahan dengan menggunakan pompa khusus untuk pengujian tekanan.
8.2.2 Pengujian sitem air dingin dan air panas
1) Pengujian tekanan
a.    Pompa penguji tekanan disambungkan kepada bagian system yang akan diuji dan setelah diberikan tekanan dalam pipa, periksa adanya kebocoran terutama pada sambungan-sambungan.
b.    Untuk system yang disambung langsung dengan jaringan distribusi air minum kota, tekan uji adalah sebesar 17,5 kg/cm2 atau lebih, pada bagian terendah dari system tersebut.
c.    Untuk system plambing dengan tangki di bawah atap, tekanan uji tidak boleh kurang dari dua kali tekanan kerja pada bagian terendah dari system, tekanan uji ini tidak boleh kurang dari 7,5 kg/cm2.
d.   Untuk pipa keluar pompa, tekanan uji tidak boleh kurang dari dua kali tekanan pompa yang dinyatakan dalam spesifikasi perencanaan system plambing, tekanan uji ini tidak boleh kurang dari 7,5 kg/cm2.
e.    Setelah tekanan dalam pipa yang diuji mencapai nilai tekanan uji tersebut di atas, tanpa menambah tekanan dengan pompa penguji lagi, tekanan dalam pipa harus tetap selama minimum 60 menit.
2)      Pengujian tangki
a.       Setelah selesai dipasang, tangki harus dibersihkan benar-benar dan kemudian diisi dengan air untuk memeriksa adanya kebocoran.
b.      Tangki harus tidak menunjukkan gejala adanya kebocoran sekurang-kurangnya selama 24 jam.
3)      Pengujian dengan aliran
4)      Pemeriksaan kadar sisa klor
8.2.3 Pengujian Pipa Pembangunan dan Pipa Ven
Pipa pembangunan dan ven perlu diuji, untuk menjamin bahwa system yang dipasang dapat berfungsi dengan baik dan mencegah timbulnya pencemaran akibat kebocoran.
System pipa air buangan dan air kotor, setelah selesai dipasang, perlu diuji dengan air atau udara. Dan setelah pipa vend an alat-alat plambingnya selesai dipasang, maka seluruh system pembuangan dan ven perlu diuji dengna asap atau peppermint. Pengujian terakhir adalah dengan air yang dialirkan di dalam system.
1)      Pengujian dengan pengisian air
2)      Pengujian dengan tekanan air
3)      Pengujian dengan udara kempa
4)      Pengujian dengan asap
5)      Pengujian dengan peppermint
6)      Pengujian dengan aliran air
8.2.4 Pengujian Sistem Pembuangan untuk Rumah
1)      Pengujian dengan mengisi air
2)      Pengujian dengn aliran air
8.2.5 Pengujian Sistem Pembuangan Air Hujan
1)      Pengisian air atau pengujian tekanan udara
2)      Pengujian dengan aliran air

Referensi : Noerbambang, Soufyan dan Morimura, Takeo. PERANCANGAN DAN PEMELIHARAAN SISTEM PLAMBING. 2000. Jakarta : PT Pradnya Paramita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar