1.Efisiensi Daya
Efisiensi
merupakan landasan pemikiran dari kegiatan manajemen, termasuk di dalamnya
sistem. Pembahasan mengenai sistem juga diperluas meliputi sistem dalam
organisasi, sistem informasi bagi pimpinan, sistem persediaan dan harga, serta
sistem pajak. Dalam bahasa Indonesia, efektif diterjemahkan dengan hasil guna,
sedangkan efisien diterjemahkan daya guna. Ini menunjukan bahwa hasil guna
lebih ditekankan pada hasilnya saja. Sementara daya guna, disamping hasilnya,
juga ditekankan pada daya atau usaha/pengorbanan untuk mencapai hasil tersebut,
agar tidak terjadi pemborosan.
2.Batasan Efisiensi
Efisiensi
adalah usaha mencapai prestasi yang sebesar-besarnya dengan mengguanakan
kemungkinan-kemungkinan yang tersedia (material, mesin, dan manusia) dalam
tempo yang sependek-pendeknya, didalam keadaan yang nyata (sepanjang keadaan
itu bias berubah) tampa mengganggu keseimbangan antara faktor-faktor tujuan,
alat, tenaga, dan waktu (Wirapati dalam The Liang Gie, 1976, hlm.26).
Efisiensi adalah perbandingan
terbaik antara suatu hasil dengan usahanya. Perbandingan ini dapat dilihat dari
dua segi berikut ini.
1. Hasil
Suatu
kegiatan dapat disebut efisien, jika suatu usaha memberikan hasil yang
maksimum. Maksimum dari segi mutu atau jumlah satuan hasil itu.
2. Usaha
Suatu
kegiatan dapat dikatakan efisien, jika suatu hasil tertentu tercapai dengan
usaha yang minimum, mencakup lima unsur:
pikiran, tenaga jasmani, waktu, ruang, dan benda (termasuk uang). (The Liang
Gie dan Miftah Thoha, 1978, hlm. 8-9).
Efisiensi
menurut Ghiselli dan Brown:
The term efficiency has a very exact definition. It is
expressed as the ratio of output to input (E.E. Ghiselli & C.W. Brown,
1955, hlm.251)
Jadi,
menurut Ghiselli & Brown, istilah efisiensi mempunyai pengertian yang sudah
pasti, yaitu menunjukan adanya perbandingan antara keluaran (output) dan masukan (input).
Dari
ketiga pendapat tersebut terdapat tiga perbedaan yaitu sebagai berikut:
1. Batasan efisiensi menurut Wirapati
hanya menunjukan efisiensi yang dilihat dari segi pengorbanannya saja. Dengan pengorbanan
material, mesin, tenaga, dan waktu yang tersedia, mencapai suatu hasil. Kalau
hasilnya baik maka termasuk efisien, tetapi kalau hasilnya tidak baik, maka
termasuk tidak efisien.
2. Batasan efisien dari The Liang Gie
dan M. Thoha dilihat dari segi output
dan input, dengan ketentuan efisiensi
adalah perbandingan terbaik; sifatnya tertutup. Jadi, yang ada adalah sesuatu
kegiatan itu efisien atau tidak efisien. Efisiensi tidak ada tingkatannya.
Tidak ada istilah lebih efisien atau kurang efisien.
3. Batasan efisien menurut Ghiselli
& Brown menunjukan bahwa efisien adalah perbandingan antara output dan input (tidak harus merupakan perbandingan terbaik).
Dari
ketiga batasan tersebut terlihat adanya tiga perbedaan pendapat sebagaimana
telah disampaikan di atas. Kiranya perlu dibadakan antara pengertian efisiensi
dengan pengertian efisiensi optimal. Efisiensi adalah perbandingan antara
output dan input. Efisiensi optimal adalah perbandingan terbaik antara output dan input.
Istilah output dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia: keluaran,
hasil, atau manfaat sedangkan input
dapat ditrjemahkan menjadi: masukan, usaha, atau pengorbanan. Selanjutnya
secara silih berganti, penulis akan menerjemahkan output = hasil sedangkan input
= pengorbanan.
3. Prinsip Berlakunya Efisiensi
Untuk
menentukan apakah suatu kegiatan itu termasuk efisien atau tidak maka
prinsip-prinsip persyaratan efisiensi harus terpenuhi, yaitu sebagai berikut.
1. Efisiensi harus dapat diukur
Standar
untuk menetapkan batas antara efisien dan tidak efisien adalah ukuran normal.
Ukuran normal ini merupakan patokan (standar) awal, untuk selanjutnya
menentukan apakah suatu kegiatan itu efisien atau tidak. Batas ukuran normal
untuk pengorbanan adalah pengorbanan maksimum, sedangkan batas ukuran normal
untuk hasil adalah hasil minimum. Kalau tidak dapat diukur maka tidak akan
dapat diketahui apakah suatu cara kerja atau suatu kegiatan itu efisien atau
tidak.
2. Efisiensi mengacu pada pertimbangan
rasional
Rasional
artinya segala pertimbangan harus berdasarkan akal sehat, masuk akal, logis,
bukan emosional. Dengan pertimbangan rasional, objektivitas pengukuran dan
penilaian akan lebih terjamin. Subjektivitas pengukuran dan penilaian dapat
dihindarkan sejauh mungkin.
3. Efisiensi tidak boleh mengorbankan
kualitas (mutu)
Dengan
demikian, kuantitas boleh saja ditingkatkan tetapi jangan sampai mengorbankan
kualitasnya. Jangan mengejar kuantitas tetapi dengan mengorbankan mengorbankan
kualitas. Jangan sampai hasil ditingkatkan tetapi kualitasnya rendah. Mutu
harus tetap dijaga baik.
4. Efisiensi merupakan teknik
pelaksanaan
Sehingga
jangan sampai bertentangan dengan kebijakan. Tentu saja kebijakan sudah
dipertimbangkan dari berbagai segi yang luas cakupannya, pelaksanaan
operasionalnya dapat diusahakan seefisien mungkin, sehingga tidak terjadi
pemborosan.
5. Pelaksanaan efisiensi harus
disesuaikan dengan kemampuan
Ini
berarti bahwa penerapannya disesuaikan dengan kemampuan sumber daya manusia
(SDM), dana, fasilitas, dan lain-lain.
6. Efisiensi itu ada tingkatannya
Secara
sederhana dapat ditentukan penggolongan tingkat efisiensi, missal:
a. Tidak efisien
b. Kurang efisien
c. Efisien
d. Lebih efisien, dan
e. Paling efisien (optimal).
Tingkat
efisiensi dapat juga mengguakan angka persentase (%).
Keenam
syarat itu harus dipenuhi untuk menentukan tingkat efisiensinya. Kalau
persyaratan-persyaratan tersebut tidak terpenuhi maka tidak dapat digunakan
untuk mengetahui apakah suatu kegiatan atau cara kerja itu efisin atau tidak
efisien, dan tidak dapat menentukan seberapa tinggi tingkatan efisiensinya.
Efisiensi dapat dilihat dari segi hasil (output)
dan juga dapat dilihat dari segi pengorbanan (input). Semuanya itu dimulai dengan batas ukuran normalnya dulu,
selanjutnya barulah diketahui efisien atau tidaknya, atau tingkat efisieninya.
4. Dua Segi Efisiensi
Seperti telah disebutkan di atas,
efisiensi dapat ditinjau dari dua segi, yaitu sebagai berikut.
1. Segi Hasil (output)
Yang
dimaksud efisiensi dari segi hasil, yaitu hasil minimum yang dikehendaki
ditetapkan terlebih dahulu. Kemudian pengorbanan misalnya (tenaga, pikiran,
uang, atau lainnya) juga ditetapkan. Ini
merupakan batas normal pengorbanan. Kalau ternyata pengorbanan lebih sedikit
dari pada yang ditetapkan, itu termasuk efisien. Tetapi kalu pengorbanannya
lebih banyak, itu termasuk tidak efisien.
Batas
normal hasil minimum berupa:
a. Produk/barang yang dihasilkan,
b. Jasa yang dihasilkan,
c. Tugas yang diperintahkan,
d. Target minimum yang harus dicapai,
e. Daftar tugas (job description) yang harus dilaksanakan,
f. Kepuasan, dan lain-lain.
2. Segi Pengorbanan (input)
Ditinjau
dari segi pengorbanan normal, yaitu dengan pengorbanan (tenaga, pikiran, waktu
atau lainnya) yang ada yang ditetapkan, kemudian ditetapkan hasil minimum yang
harus dapat dicapai. Kalau hasil yang dicapai itu dibawah hasil minimum, cara
kerjanya tidak termasuk efisien. Apabila hasil yang tercapai persis sama dengan
hasil minimum yang ditetapkan, cara kerjanya termasuk normal. Tetapi kalau
hasil yang dicapai lebih dari hasil minimum yang telah ditetapkan, cara
kerjanya termasuk efisien.
Batas
normal pengorbanan maksimum antara lain berupa penggunaan:
a. Waktu maksimum,
b. Tenaga maksimum,
c. Biaya maksimum, dan
d. Pikiran maksimum.
Mengenai pengorbanan (input)
dimungkinkan juga kombinasi pengorbanan. Misalnya, pengorbanan kombinasi tenaga
yang dikerahkan dan lamanya waktu penyelesaian pekerjaan untuk mencapai hasil
yang dikehendakinya. (Syamsi, Ibnu, 2004, hlm 2-7)
Dengan demikian efisiensi daya
merupakan daya guna pengoptimalan dari hasil dan usaha yang telah ditetapkan
dari sebelumnya. Mengenai hasil dan usaha yang dilaksanakan, jika lebih kecil
maka disebutlah efisien akan tetapi jika lebih besar maka tidaklah efisien.
Referensi:
Syamsi,
Ibnu. (2004). Efisiensi, Sistem, dan
Proses Kerja. Jakarta: Bumi Aksara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar