A.
Eksperimen Gutrie
Erwin R
Gutrhrie adalah salah satu penemu teori pembisaan dekat ( contiguous
conditioning theory ). Teori ini menyatakan bawa peristiwa belajar terjadi
karena adanya sebuah kombinasi antara rangsangan yang disandingkan dengan
gerakan yang akan cenderung diikuti oleh gerakan yang sama untuk waktu berikutnya.
Teori menyatakan bahwa apa yang sesungguhnya dipelajari oleh orang seperti
seorang siswa belajar adalah reaksi atau respon terakhir yang muncul atas
sebuah rangsangan atau stimulus. Artinya, setiap peristiwa belajar hanya
mungkin terjadi sekali saja untuk selamanya atau tidak sama sekali terjadi. (
Reber, 1989 ; Syah, 2003 ). Menurut Guthrie , peningkatan hasil belajar
secara berangsur-angsur yang dicapai oleh siswa bukanlah hasil dari berbagai
respon kompleks terhadap stimulus-stimulus sebagaimana yang diyakini para
behavioris lainnya., melainkan karena kedekatan asosiasi antara stimulus dan
respons.
Guthrie
mengemukakan bahwa tingkah laku manusia itu secara keseluruhan dapat dipandang
sebagai deretan-deretan tingkah laku yang terdiri dari unit‑unit. Unit‑unit
tingkah laku ini merupakan reaksi atau respons dari perangsang atau stimulus
sebelumnya, dan kemudian unit tersebut menjadi pula stimulus yang kemudian
menimbulkan response bagi unit tingkah laku yang berikutnya. Demikianlah
seterusnya sehingga merupakan deretan‑deretan unit tingkah laku yang
terus-menerus. Jadi pada proses conditioning ini pada umumnya terjadi proses
asosiasi antara unit‑unit tingkah laku satu sama lain yang berurutan. Ulangan‑ulangan
atau latihan yang berkali‑kali memperkuat asosiasi yang terdapat antara unit
tingkah laku yang satu dengan unit tingkah laku yang berikutnya..
. Dalam
teori contiguous conditioning , hadiah ( reinforcement ) tidak memainkan peran
yang penting dalam belajar ketika telah terjadi asosiasi antara stimulus dan
respons. Oleh karena itu ketika setiap stimulus yang berbeda sedikit maka
banyak percobaan yang mungkin dibutuhkan untuk menghasilkan sebuah respons
secara umum. Teori kontiguitas menyatakan bahwa lupa terjadi karena adanya
halangan dari berlalunya waktu, sehingga stimulus menjadi diasosiasikan dengan
respons baru. Selain itu , pembiasaan yang sebelumnya terjadi dapat
berubah oleh asosiasi yang menghalang-halangi respons seperti ketakutan atau
kecapekan. Dalam hal ini peran motivasi juga dapat menciptakan dorongan untuk
melakukan tindakan yang menghasilkan respons selanjutnya.
Kebiasaan
dalam teori Guthrie ini didefinisikan sebagai sebuah respon yang diasosiasikan
dengan beberapa stimuli yang berbeda. Untuk menghentikan kebiasaan yang
inappropriate ( tidak sesuai ) maka kebiasaan itu perlu diputus. Untuk itu,
perlu memutus pula hubungan antara asosiasi dengan 'cues' yang memunculkan
stimuli (rangsangan) dan respons. Ada tiga metode yang ditawarkan oleh Gutrhrie
untuk memutuskan kebiasaan yaitu metode ambang pintu ( threshold methode ),
metode yang kaku ( fatigue methode), dan metode respons tandingan (incompatable
respons methode).
Ringkasan
Tiga Metode memutus Kebiasaan
Metode
|
Karakteristik
|
Contoh
|
Ambang
Batas (threshold)
|
1.
Mengenalkan stimuli dengan kekuatan yang lemah.
2.
Secara perlahan meningkatkan kekuatan stimuli,
tetapi menjaganya dibawah respons batas minimal.
|
Memasang
pelana kuda : mulai dengan selimut yang ringan , kemudian selimut yang lebih
berat, baru kemudian pelana kuda.
|
Metode
fatigue (meletihkan)
|
"
mengeluarkan " semua respons dalam menghadirkan stimuli.
|
Melemparkan
pelana diatas kuda dan menaiki kuda samapai kuda meringkik, menendang, dan
berusaha sekuat tenaga untuk melempar orang yang menaikinya. (joki) : pelana dan joki menjadi stimulus untuk berjalan dan berlari
dengan tenang.
|
Metode respons tandingan (incompatable Respons Methode)
|
Memasangkan
stimulus (S1) yang menyebaabkan perilaku tidak sesuai (inapropiate) dengan
stimulus (S2) yang memunculkan respons-respons yang sesuai (apropiate),
perilaku yang sesuai diasosiasikan dengan stimulus (S2).
|
Untuk
menghentikan menghindar dan takut berlebihan, dengan memasangkan ketakutan
pada suatu objek ( seperti harimau mainan ) dengan sebuah stimulus yang
memunculkan perasaan hangat dan penuh kasih saying., seperti gambar seorang
ibu.
|
Berbeda
dengan reinforcemen yang tidak terlalau berperan dalam proses belajar , hukuman
(punishment) mempunyai pengaruh penting mengubah perilaku seseorang .
punishment jika diberikan secara tepat dalam menghadirkan sebuah stimulus yang
memunculkan perilaku inappropriate, dapat menyebabkan subyek melakukan sesuatu
yang berbeda. Guthrie menjelaskan dengan mengambil contoh seorang gadis yang
setiap kali pulang sekolah selalau meletakkan tas dan sepatu disembarang tempat
setiap hari . kemudian sang ibu memerintahkan anaknya untuk mengambil tas dan
kaos kakinya dilantai kemudian keluar rumah dan kembali masuk rumah serta
langsung meletakkan pada tempatnya. Setelah tindakan itu berkali-kali dilakukan
setiap anaknya pulang sekolah dan meletakkan tas dan kaos kaki sembarangan
akhirnya perilaku meletakkan tas dan kaos kaki pada tempatnya
diasosiasikan dengan harus keluar rumah dan masuk kembali ke dalam rumah.
Salah satu
eksperimen yang dilakukan oleh Gutrie untuk mendukung teori kontiguitas adalah
percobaannya dengan kucing yang dimasukkan ke dalam kotak puzel. Kemudian
kucing tersebut berusaha keluar. Kotak dilengkapi dengan alat yang bila
disentuh dapat membuka kotak puzel tersebut. Selain itu kotak tersebut juga
dilengkapi dengan alat yang dapat merekam gerakan-gerakan kucing dalam kotak.
Alat tersebut menujukan bahwa kucing telah belajar mengulang gerakan-gerakan
sama yang di asosiasikan dengan gerakan-gerakan sebelumnya. Ketika dia dapat
keluar dari kotak tersebut.
B. Hasil
Eksperimen dan Teorinya :
Dari hasil
eksperimen muncul beberapa prinsip :
- Agar terjadi pembiasaan, maka organisma harus selalu merespons atau melakukan sesuatu.
- Pada saat belajar melibatkan pembisaan terhadap gerakan-gerakan tertentu, oleh karena itu instruksi yang diberikan harus spesifik.
- Keterbukaan terhadap berbagai bentuk stimulus yang ada merupakan keinginan untuk menghasilkan respons secara umu.
- Respons terakhir dalam belajar harus benar ketika itu menjadi sesuatu yang diasosiasikan .
- Asosiasi akan menjadi lebih kuat karena ada pengulangan.
Teori Edwin
R Guthrie adalah terori pembisaan asosiasi dekat ( contiguous conditioning
theory ). Teori ini menyatakan bahwa peristiwa belajar terjadi karena adanya
sebuah kombinasi antara rangsangan yang disandingkan dengan gerakan yang
cenderung diikuti oleh gerakan yang sama untuk waktu berikutnya.
C. Penerapan Teori Kontiguitas terhadap Pembelajaran :
Mengasosiasikan
rangsangan dan respons secara tepat merupakan inti dari teori belajar yang
dibangun oleh Guthrie. Untuk penerapan teori ini dalam proses belajar mengajar
di kelas. Guthrie memberikan beberapa saran bagi guru :
- Guru harus dapat mengarahkan performa siswa akan menjadi apa ketika mempelajari sesuatu. Dengan kata lain , apakah stimuli yang ada dalam buku atau pelajaran yang menyebabkan siswa melakukan belajar.
- Oleh karena itu, jika siswa mencatat atau membaca buku secara sederhana mereka dapat mengingat lebih banyak informasi. Maka dalam hal ini buku akan menjadi stimuli yang dapat digunakan sebagai perangsang untuk menghafal pelajaran.
- Dalam mengelola kelas, guru dianjurkan untuk tidak memberikan perintah yang secara langsung akan menyebabkan siswa menjadi tidak taat terhadap peraturan kelas. Misalnya permintaan guru agar siswa tenang jika diikuti oleh kegaduhan dalam kelas akan menjadi tanda (memunculkan stimuli ) bagi munculnya perilaku distruptif.
TOKOH
|
EKSPERIMEN
|
HASIL
EKSPERIMEN
|
IMPLIKASI
TEORI TERHADAP PEMBELAJARAN
|
Ghutrie
|
Dilakukan terhadap seekor kucing
|
Process Conditioning
|
Dalam mengubah
tingkah laku atau kebiasaan‑kebiasaan pada hewan maupun pada manusia ialah:
Metode
Reaksi Berlawanan (Incompatible Response Method)
Manusia itu adalah suatu organisme yang selalu mereaksi kepada perangsang‑perangsang
tertentu. Jika suatu reaksi terhadap perangsang‑perangsang telah menjadi
suatu kebiasaan, maka cara untuk mengubahnya ialah dengan jalan
menghubungkan perangsang (stimulus) dengan reaksi (respon) yang berlawanan
dengan reaksi buruk yang hendak dihilangkannya.
Metode
Membosankan (Exchaustion Method). Hubungan antara asosiasi
antara perangsang dan reaksi (S‑R) pada tingkah laku yang buruk itu dibiarkan
saja sampai lama mengalami keburukan itu, sehingga menjadi bosan.
Mengubah
Lingkungan (Change of Environment Method).
Suatu metode yang dilakukan dengan jalan memutuskan atau memisahkan hubungan
antara S dan R yang buruk yang akan dihilangkannya. Yakni menghilangkan
kebiasaan‑kebiasaan buruk yang disebabkan oleh suatu perangsang (S) dengan
mengubah perangsangnya itu sendiri
|
Referensi:
Gage, N.L., & Berliner, D. 1979. Educational Psychology. Second Edition, Chicago: Rand Mc. Nally] Bell Gredler, E. Margaret. 1991. Belajar dan Membelajarkan. Jakarta: CV. Rajawali Moll, L. C.
Surya, Mohamad Teori-teori konseling, Bandung: CV Pustaka Bani Quraisy, 2003.
Syaodih, Nana Sukmadinata, Landasan psikologi dalam proses pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005.
Gredler, Bell. E. Margaret. Belajar dan Membelajarkan. Jakarta: CV. Rajawali, 1991
Tidak ada komentar:
Posting Komentar