GALERY

Senin, 14 Agustus 2017

OPERANT CONDITIONING B. F. SKINNER



Biografi B.F. Skinner
Burrhus Frederic Skinner dilahirkan pada tanggal 20 Maret 1904 di sebuah kota kecil di Pennsylvania yang bernama Susquehanna. Ayahnya adalah seorang pengacara dan ia memiliki ibu yang kuat serta cerdas. Sejak kecil ia dididik dengan cara-cara tradisional dan penuh dengan kerja keras. Skinner adalah anak yang aktif, out going dan sangat menyukai petualangan di alam terbuka. Ia sanngat menyukai sekolah. Hidupnya dilewati bukan tanpa tragedi atau kejadian buruk. Adiknya meninggal saat berusia 16 tahun karena pembengkakan pembuluh darah di otak. Skinner mendapatkan gelar sarjananya di Hamilton College yang berada di New York. Dia kurang dapat menyesuaikan diri dengan baik disana. Ia tidak menyukai perkumpulan pemuda serta tidak menikmati pertandinga olah raga disana. Dia sering menulis di surat kabar sekolah yang berisi kritikan terhadap sekolah, sistem pengajaran, bahkan perkumpulan pelajar yang sangat terkenal disana. Sebagai puncak dari ketidakcocokan Skinner di sekolahnya adalah, ia seorang ateis yang dipaksa untuk mengikuti acara keagamaan di gereja setiap hari.

Skinner ingin menjadi penulis dan bahkan pernah mencobanya. Ia mengirimkan puisi serta cerita-cerita pendeknya. Ia kemudian membangun ruangan belajar di loteng atap rumahnya untuk berkonsentrasi menulis. Namun usahanya tidak berhasil.

Setelah berkelana sekian lama, Skinner memutuskan  untuk kembali ke sekolah. Ia kemudian memutuskan untuk sekolah di Harvard. Skinner mendapatkan gelar master dalam bidang psikologi pada tahun 1930 dan memperoleh gelar doktor di tahun 1931. ia tetap tinggal di Harvard untuk melakukan penelitian hingga tahun 1936.
Pada tahun 1945, Skinner menjadi dekan fakultas psikologi Indiana University. Pada tahun 1948, ia diundang untuk datang ke Harvard dan tinggal disana hingga akhir hayatnya.



Pengantar Operant conditioning Skinner
Menurut Skinner, orientasi dan strategi penelitian yang dilakukan oleh psikolog adalah konsekuensi dari sejarah dan merupakan ekspresi dari kepribadian dirinya. B.F. Skinner lahir di New York pada tahun 1904. Ayahnya adalah seorang pengacara yang digambarkan sebagai orang yang haus akan pujian. Dan ibunya ia gambarkan sebagai orang yang memiliki standar baik dan buruk yang kaku. Skinner senang bersekolah dan memiliki ketertarikan dalam membangun sesuatu. Ketertarikannya tersebut sangat menarik bila dihubungkan dengan penelitiannya mengenai tingkah laku dalam laboratorium dengan peralatan dan setting eksperimen.
Skinner mengambil Literatur Inggris saat kuliah. Pada saat itu ia bercita-cita untuk menjadi penulis. Namun setelah lulus ia berubah pikiran. Ketertarikannya pada ilmu psikologi dimulai saat ia membaca karya Pavlov yaitu Conditioned Reflexes, karya Watson dan Bertrand Russell. Meskipun ia tidak mempelajari psikologi secara khusus, namun ia diterima bekerja dalam bidang psikologi di Universitas Harvard.
Skinner mengembangkan ketertarikannya pada tingkah laku binatang dan dalam menjelaskan tingkah laku ini, ia tidak menggunakan referensi terhadap fungsi dari sistem syaraf. Skinner tidak menyetujui pendapat Pavlov bahwa refleks air liur dapat memberikan penjelasan yang memadai terhadap hal-hal penting yang terjadi pada organisme sehari-hari. Namun ia tetap menghargai jasa Pavlov yang memberikan kunci pemahaman perilaku, yaitu dengan mengontrol lingkungan, kita dapat menemukan aturan-aturannya. Dalam perjalanannya, Skinner tertarik terhadap manipulasi dan kontrol dari tingkah laku. Hal ini kemudian menjadi dasar dalam teorinya yaitu kontrol tingkah laku melalui manipulasi dengan reward dan punishment pada lingkungan.       

B.     PERCOBAAN SKINNER
Skinner menggunakan binatang sebagai subyek percobaannya. Percobaan eksperimental yang dilakukan didasarkan pada desain eksperimen yang ketat dengan mengontrol berbagai variabel yang dapat mengganggu. Hasil percobaan ini selanjutnya digunakan untuk mendasari berbagai prinsip mengenai perilaku secara luas termasuk di dalamnya adalah perilaku manusia.
Dalam suatu percobaannya di skinner box, Skinner menggunakan seekor merpati. Dalam kondisi lapar, merpati ini ditempatkan dalam sebuah kotak kedap suara dan cahaya. Di sebuah sisi kotak dipasang sebuah piringan transparan yang dapat “diwarnai” dengan memberikan cahaya warna tertentu dari sisi kotak bagian luar. Selanjutnya perilaku yang diharapkan pada merpati tersebut adalah mematuk piringan transparan tersebut. Pada awalnya, merpati melakukan gerakan-gerakan tidak teratur yang makin lama makin mendekati respon yang diharapkan (succesive aproximation). Pada akhirnya, ketika merpati tersebut melakukan respon yang diharapkan berupa mematuk piringan, sebuah wadah akan muncul dan makanan akan tersaji dalam wadah tersebut. Makanan ini kemudian berfungsi menjadi penguat yang akan membuat burung merpati mengulangi respon mematuk piringan.

C.  ASUMSI-ASUMSI DASAR
Terdapat 3 asumsi yang mendasari teori Skinner, yaitu Behavior is lawful, Behavior can be predicted, Behavior can be controlled  yang akan dijelaskan lebih lanjut dibawah ini.
a.         Behavior is lawful
Menurut Skinner, ilmu pengetahuan itu merupakan suatu usaha menemukan keteraturan, yang menunjukkan bahwa peristiwa tertentu memiliki hubungan yang teratur dengan peristiwa lainnya. Oleh karena itu, ia meyakini bahwa berlaku suatu hukum tertentu dalam perilaku makluk hidup. Didalam tulisannya maupun penelitian, Skinner banyak dipengaruhi oleh prinsip-prinsip deterministik dalam menjelaskan tentang manusia. Ia mengatakan bahwa perilaku merupakan hasil dari peran kekuatan-kekuatan dalam individu, bukan karena pilihan personal.  Hal ini berlawanan dengan pandangan bahwa bahwa manusia merupakan makluk yang bebas, yang memiliki tujuan hidup tertentu.
b.         Behavior can be predicted
Menurut Skinner, ilmu pengetahuan tidak hanya di deskripsikan, melainkan dapat juga diramalkan baik di masa lalu maupun di masa depan. Oleh karena itu,  salah satu kriteria dalam teori Skinner adalah kita dapat membuat suatu peramalan mengenai perilaku yang muncul di masa depan dan dapat pula mengujinya.
c.          Behavior can be controlled
Menurut Skinner, kita dapat mencegah baik  parilaku individu maupun faktor-faktor penyebab munculnya prilaku (determinat). Skinner tidak hanya ingin tahu mengenai bagaimana suatu tingkah laku itu bisa muncul, ia juga tertarik untuk memanipulasinya. Skinner percaya bahwa functional analysis merupakan cara yang tepat untuk mengontrol perilaku dan determinant-nya. Dengan cara ini, Skinner menganalisa mengenai hubungan sebab-akibat yang mendasari munculnya perilaku, dimana sebab-sebab berupa stimulus, kerugian dsb merupakan variabel yang dikontrol.
 
D.  STRUKTUR KEPRIBADIAN
Menurut Skinner, kepribadian terdiri dari 2 aspek, yaitu yang dapat dimodifikasi dan yang menetap. Fokus utama Skinner adalah pada perilaku yang dapat dimodifikasi. Minatnya hanya sedikit terhadap karakteristik perilaku yang sifatnya relatif menetap. Hal ini merupakan konsekuensi dari asumsi ketiga bahwa perilaku dapat dikontrol.
Berdasarkan fokus ini, kepribadian menurut aliran behavioristik pada akhirnya lebih dimengerti sebagai respon yaitu tingkah laku eksternal yang dapat diobservasi dan dapat dihubungkan dengan kejadian dalam lingkungan. Respon di sini adalah perilaku yang dipelajari berupa pengulangan kembali karena adanya reinforcement.
Peramalan dan penjelasan mungkin dapat dilakukan melalui pengetahuan mengenai aspek kepribadian yang dapat diubah dan yang menetap. Namun, kontrol hanya dapat dilakukan melalui modifikasi. Kontrol menunjukkan bahwa lingkungan yang beragam dapat menimbulkan pola-pola perilaku yang berbeda. Walaupun demikian, Skinner tidak pernah menegaskan bahwa semua faktor penyebab tingkah laku berasal dari lingkungan. Ia berpendapat mengenai 2 hal. Pertama, ia menyatakan bahwa sensivitas individu terhadap reinforcement memiliki dasar genetik, yang berkembang karena individu tersebut belajar mengenai pertahanan diri positif atau menguntungkan dari  keutamaan pada peristiwa di lingkungan. Kedua, menyatakan bahwa pada beberapa spesies atau individu tertentu, beberapa perilakunya lebih mudah dikondisikan dibandingkan spesies atau individu lainnya. Ia juga mengakui bahwa beberapa perilaku bersifat genetik total, sehingga pengalaman tidak berdampak apapun terhadap perilaku tersebut.
Dalam klasifikasi utama mengenai respon, Skinner membedakan antara operant dan respondents. Operant adalah respon yang dihasilkan (emitted) tanpa adanya stimulus apapun, misalnya orang yang berjalan keluar pintu. Sedangkan respondent adalah respon yang telah ada (elicited) dan muncul karena adanya stimulus yang dikenali, misalnya anjing mengeluarkan liur karena bel atau mencium bau makanan.



E.  DINAMIKA KEPRIBADIAN
Meskipun Skinner menghindari konsep-konsep struktural yang tidak dapat berubah dalam kepribadian, namun ia juga mengakui konsep motivasi (konsep dinamika yang terjadi pada tataran internal individu) yang menunjukkan bahwa individu tidak selalu memperlihatkan tingkah laku yang sama dengan kadar yang sama walaupun berada pada situasi yang tetap. Akan tetapi, menurut Skinner, lebih penting untuk melibatkan faktor lingkungan/eksternal dalam menjelaskan perilaku individu. Sebagai contoh, kita mengetahui apakah seseorang marah, bukan karena kita dapat memasuki pikirannya, akan tetapi kita dapat mengetahuinya karena kita melihat ekspresinya, intonasi dari kata-katanya, perilakunya yang mengarah ke agresivitas, dan sebagainya.
Dengan kata lain, pengakuan Skinner bahwa konsep motivasi turut mempengaruhi variabilitas dari perilaku organisme, tidak membuat konsep Skinner terpaku pada pembahasan mengenai energi, tujuan, atau kondisi lain yang umumnya dijelaskan oleh tokoh lain yang menjelaskan konsep motivasi. Lebih dari itu, Skinner mencoba melihat faktor lain (eksternal/lingkungan) yang dapat diobservasi untuk menjelaskan terjadinya perilaku pada organisme.    
           
F.  PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
a.         Operant Conditioning
Sebelum membahas perkembangan kepribadian, penting untuk diketahui konsep dari reinforcer. Skinner mendefinisikan reinforcer sebagai stimulus atau kejadian yang mengikuti sebuah respons yang meningkatkan kemungkinan muncul kembalinya respons tersebut. Stimulus yang tidak berperan sebagai reinforcer dapat berubah menjadi reinforcer bila diasosiasikan terhadap reinforcer lain, misalkan uang, stimuli ini disebut sebagai generalized reinforcers. Terkadang sulit untuk menentukan reinforcer, karena berbeda antar individu dan bisa menjadi proses trial-and-error.
Berdasarkan pembelajaran operan, tingkah laku kompleks dibentuk melalui proses successive approximation, dimana tingkah laku kompleks dikembangkan dengan me-reinforce tingkah laku yang mengarah kepada bentuk tingkah laku akhir yang diinginkan. Walaupun teori ini terutama menekankan kepada reinforcer positif, namun ditekankan juga reinforcer yang berdasar pada melarikan diri (escape from) atau menghindar (avoidance of) dari stimuli aversif. Dalam hal ini respons diperkuat dengan penarikan atau penghindaran dari stimulus yang tidak menyenangkan, daripada munculnya stimulus yang menyenangkan. Berbeda dengan hukuman/ punishment yaitu stimulus aversif yang mengikuti respons dan menurunkan kemungkinan respons tersebut muncul kembali. Walau demikian pengaruh hukuman hanya sementara dan memiliki nilai yang sedikit dalam menghilangkan tingkah laku, sehingga Skinner lebih menekankan kegunaan dari reinforcer positif untuk membentuk tingkah laku.
Menurut Skinner, tingkah laku juga dapat diimitasi tanpa reinforcement langsung. Namun hal ini hanya dapat terjadi ketika imitasi di-reinforce berkali-kali dan melalui generalisasi, imitasi menggantikan kualitas dari reinforcer. Mulanya anak direinforce untuk mengimitasi tingkah laku tertentu, kemudian ia diberi reinforce karena secara umum mengimitasi, dan kecenderungan umum untuk mengimitasi telah terbentuk.
Secara umum teori ini memandang tingkah laku baru dapat terbentuk melalui successive approximation atau melalui perkembangan dari perilaku imitasi yang tergeneralisasi (generalized imitation repertoire). Misalkan, perilaku  seseorang yang berkepribadian dominan sedikit demi sedikit dibentuk melalui proses pembelajaran dengan adanya berbagai reinforcement.
b.         Schedules of Reinforcement
Pendekatan Skinnerian memfokuskan kepada schedules of reinforcements yaitu pemberian reinforcement terhadap respons berdasarkan interval maupun tingkat (rate) respons tersebut.
Schedules of reinforcements dapat dibagi menjadi Interval reinforcement dan ratio reinforcement. Dalam jadwal Interval reinforcement, reinforcer muncul setelah periode tertentu, terlepas dari jumlah respons yang muncul, misalkan setiap menit. Dalam jadwal response ratio schedule atau disebut juga response interval, munculnya reinforcer tergantung pada jumlah perilaku yang dihitung semenjak pemberian perkuatan terakhir.
Lebih lanjut reinforcer dapat diberikan secara regular atau secara tetap (fixed basis), selalu diberikan dengan periode waktu yang tetap atau setelah jumlah respons tertentu. Reinforcer juga dapat diberikan secara bervariasi (variable basis), baik secara waktu maupun jumlah respons. Masing-masing jadwal pemberian reinforcer menstabilkan tingkah laku secara berbeda.
c.          Superstitious Behavior
Tingkah laku takhayul (superstitious behavior) muncul karena adanya hubungan kebetulan antara respons dan reinforcement. Tingkah laku dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama, karena penampilan tingkah laku yang berlanjut menghasilkan beberapa hubungan respons dan reinforcement, yang juga terjadi secara kebetulan.
d.         Secondary Reinforcement
Secondary reinforcement adalah stimulus yang tidak memberikan kepuasan, namun dapat me-reinforce suatu respons karena diasosiasikan dengan primary reinforcers. Contoh dari Secondary reinforcement adalah uang karena diasosiasikan dengan makanan atau kebutuhan biologis lainnya. Istilah lain yang digunakan untuk Secondary reinforcement adalah conditioned reinforcer dan generalized reinforcers (Pervin, 1997). Skinner mengungkapkan pentingnya Secondary reinforcement untuk mempertahankan respons yang menjadi bagian dari tingkah laku sosial kita.
e.          Stimulus Generalization and Discrimination
Generalisasi stimulus adalah ketika individu melakukan respon-respon yang sama terhadap stimulus-stimulus yang mirip/serupa dengan stimulus aslinya., sedangkan diskriminasi stimulus adalah ketika individu memunculkan respon-respon yang tepat hanya pada stimulus-stimulus tertentu yang tepat pula.
f.           Social Behavior
Menurut Lindzey, Campbell dan Gardner (1998) perilaku sosial penting dipelajari dalam kaitannya dengan teori Skinner. Hal ini agar penelitian Skinner yang dilakukan dengan mengunakan hewan dapat digunakan untuk menjelaskan tingkah laku manusia.
Skinner tidak membedakan secara khusus esensi perilaku sosial (social behavior) dengan perilaku-perilaku lainnya, namun perilaku sosial memiliki karakteristik adanya hubungan dua atau lebih individu. Perilaku sosial dipengaruhi oleh interaksi individu dengan lingkungannya, dan feedback positif maupun negatif yang merupakan bagian dari interaksi tersebut memperkuat atau melemahkan respon yang dihasilkan. Jadi, prinsip yang digunakan dalam menjelaskan perilaku sosial, pada dasarnya sama.
g.         Psikopatologi
Prinsip dasar dari pembelajaran memberikan interpretasi yang lengkap dan adekuat dari psikopatologi, dan tidak perlu penjelasan mengenai simtom serta penyebabnya. Tingkah laku psikopatologi bukanlah suatu penyakit, melainkan suatu pola respons, yang dipelajari dengan prinsip yang sama dengan pola-pola respons lainnya.
Menurut pandangan Skinner seseorang bertingkah laku patologis karena tidak berespons secara tepat terhadap stimuli. Mereka mengalami behavioral deficit, yaitu gagal memperlajari suatu respons atau mereka mempelajari respons yang maladaptive.
Reinforcement memiliki 2 fungsi penting, yaitu untuk mempelajari respons dan mempertahankan suatu tingkah laku. Salah satu hasil dari absennya reinforcement dalam lingkungan adalah depresi, yaitu berkurangnya tingkah laku atau menurunnya tingkat respons. Seseorang mengalami depresi karena dihilangkannya reinforcement positif.
Ketika seseorang mempelajari respons maladaptive masalahnya adalah respons yang telah dipelajari tidak dapat diterima oleh masyarakat atau oleh orang lain dalam lingkungannya. Hal ini disebabkan respons memang tidak dapat diterima atau muncul pada situasi yang tidak dapat diterima.
Dapat disimpulkan bahwa seseorang mengembangkan tingkah laku yang salah, yang disebut psikopatologis, karena hal-hal berikut ini:
  1. Seseorang tidak di-reinforce untuk tingkah laku yang adaptif
  2. Mereka diberi hukuman saat menampilkan tingkah laku, yang kemudian tingkah laku tersebut disebut sebagai adaptif
  3. Mereka di-reinforce untuk tingkah laku yang maladaptive
  4. atau mereka di-reinforce pada situasi yang tidak tepat untuk tingkah laku yang adaptif

G.  KARAKTERISTIK DAN METODE PENELITIAN
Ada beberapa karakteristik khusus dalam penelitian Skinner. Karekteristik tersebut antara lain:
  1. Studi yang intensif pada subjek individual
  2. Kontrol otomatis terhadap kondisi-kondisi eksperimental
  3. Perekaman respon-respon subyek
  4. Berfokus pada perilaku sederhana yang dapat dimodifikasi dengan manipulasi lingkungan yang sesuai
Penekanan pada subjek individual ini juga tampak dalam penelitiannya dengan binatang. Dalam penelitian dengan binatang, Skinner tidak menganjurkan penggunaan binatang dalam jumlah besar. Jika ini dilakukan, akan terlalu banyak variabel yang mengganggu sehingga peneliti tidak bisa konsentrasi pada variabel tertentu yang hendak dilihat.


Referensi:

Hall, Calvin S., Lindzey Gardner & Campbell John B. (1998). Theories of Personality 4th edition. New York: John Wiley & Sons, inc.
Pervin, Lawrence A. & John, Oliver P. (1997). Personality: Theory And Reseach 9th edition. New York: John Wiley & Sons, inc.
Hall, Calvin S. &  Lindzey Gardner. (1985). Introduction To Theories of Personality. New York: John Wiley & Sons, inc.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar