GALERY

Senin, 14 Agustus 2017

Psikologi Pendidikan



1.    Kompetensi yang harus dimikili oleh seorang tenaga pendidik adalah :
A. Kompetensi kepribadian
Adalah kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Sub kompetensi dalam kompetensi kepribadian meliputi :
1. Kepribadian yang mantap dan stabil meliputi bertindak sesuai dengan norma sosial, bangga menjadi guru, dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma.
2. Kepribadian yang dewasa yaitu menampilkan  kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etod kerja sebagai guru.
3. Kepribadian yang arif adalah menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemamfaatan peserta didik, sekolah dan masyarakat dan menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.
4. Kepribadian yang berwibawa meliputi memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadappeserta didik dan memiliki perilaku yangh disegani.
5. Berakhlak mulia dan dapat menjadi teladan meliputibertindak sesuai dengan norma religius (imtaq, jujur, ikhlas, suka menolong) dan memiliki perilaku yang diteladani peserta didik.
B. Kompetensi Pedagogik
Kemampuan pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.  Sub kompetensi dalam kompetensi Pedagogik adalah :
1. Memahami peserta didik secara mendalam yang meliputi memahami peserta didik dengan memamfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif, prinsip-prinsip kepribadian, dan mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik.
2. Merancang pembelajaran,teermasuk memahami landasan pendidikan  untuk kepentingan pembelajaran yang meliputi memahmi landasan pendidikan, menerapkan teori belajar dan pembelajaran, menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan materi ajar, serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih.
3. Melaksanakan pembelajaran yang meliputi menata latar ( setting) pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.
4. Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran yang meliputi merancang dan melaksanakan  evaluasi (assessment) proses dan hasil belajar secara berkesinambungan denga berbagai metode,menganalisis hasil evaluasi proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery level), dan memamfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum.
5. Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan  berbagai potensinya meliputi memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan berbagai potensi akademik, dan memfasilitasipeserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi nonakademik.
C. Kompetensi Profesional
Adalah penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulummata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuannya.  Sub kompetensi dalam kompetensi Profesional adalah :
1. Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi yang meliputi  memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah, memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi ajar, memahami hubungan konsep antar nmata pelajaran terkait, dan menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Menguasai struktur dan metode keilmuan yang meliputi menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk membperdalam pengetahuandan materi bidang studi.
D.Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.


2.    Lebih penting mana antara perkembangan dan pertumbuhan?
Sebenarnya keduanya tidak lepas dari perubahan, dan saling berhubungan. Pertumbuhan merupakan proses pertambahan yang bersifat kuantitatif (volume, tinggi, dll). Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, kilogram), ukuran panjang (centimeter, meter), dan ukuran tulang. Sedangkan perkembangan lebih bersifat kualitatif, menuju kearah kematangan atau pendewasaan (maturation). Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan yang menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa, sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya.
 
3. Pengaruh kondisi ibu hamil terhadap Janin di dalam kandungan
Pengaruh kehamilan pada janin di antaranya adalah stress yang dialami ibu hamil dapat ditularkan pada janin, dan kita mempunyai alasan yang kuat bagaimana itu terjadi, meskipun mekanisme yang menghubungkan kesehatan janin dan keadaan emosional ibu masih jauh dari kepastian.
Saat wanita hamil mengalami ketakutan dan kecemasan, dan emosi lain yang mengganggu, perubahan fisiologi terjadi dan dapat mempengaruhi janinnya. Contohnya produksi adrenalin sebagai akibat dari ketakutan membantasi aliran darah ke daerah rahim dan menghambat bayi memperoleh oksigen. Demikian pula, stress yang dialami ibu hamil dapat meningkatkan corticotrophin-releasing hormone (CRH) diawal kehamilan. CRH secara berurutan dapat menyebabkan kelahiran premature. Wanita dibawah tekanan sekitar empat kali lebih mungkin dibandingkan wanita pada umumnya untuk melahirkan bayi secara premature. Stress ibu hamil juga dapat mempengaruhi janin secara tidak langsung dengan meningkatkan kemungkinan bahwa ibunya akan melakukan perilaku yang tidak sehat, seperti mengkonsumsi obat-obatan dan melakukan perawatan prakelahiran yang sangat berbahaya.
Keadaan emosional ibu selama kehamilan juga dapat mempengaruhi proses kelahiran. Seorang ibu yang tertekan secara emosional dapat mengalami kontraksi yang tidak teratur sehingga menyebabkan proses kelahiran yang sulit. Hal ini dapat menyebabkan persediaan oksigen janin tidak teratur, sehingga dapat menyebabkan masalah pada janin. Bayi yang lahir dengan proses kelahiran yang lama juga dapat menyesuaikan dengan dunia lebih lambat dan biasanya anak ini tumbuh menjadi seorang yang tidak stabil emosinya.
Keadaan emosional yang positif juga tampaknya membuat perbedaan pada janin. Wanita hamil yang merupakan wanita yang optimis memiliki lebih sedikit hal yang membahayakan daripada wanita hamil yang pesimis. Para wanita hamil yang optimis mungkin lebih percaya mereka memiliki kendali terhadap hasil kehamilan mereka.


4. Dalam rentang kehidupan Fase yang terpenting menurut saya adalah fase kanak – kanak
Dikarenakan dalam masa kanak – kanak pendekatan pengubahan tingkah laku didasarkan pada teori yang mantap, yaitu prinsip – prinsip psikologi behavioral. Pada dasarnya bahwa semua tingkah laku itu dipelajari, baik tingkah laku yang di sukai maupun tingkah laku yang tidak disukai. Seorang anak melakukan tindakan menyimpang tersebut karena satu atau dua alasan, yaitu :
  1. Anak  telah mempelajari tingkah laku yang menyimpang itu, atau
  2. Anak  itu belum mempelajari tingkah laku yang sebaiknya.
Di bawah ini, akan kita ulas satu per satu cara – cara yang dapat kita gunakan untuk meminimalkan hal – hal yang dapat mengganggu prilaku anak seperti pemberian penguatan. Pada dasarnya penguatan dipandang sebagi kejadian yang meningkatkan kemungkinan di ulanginya penampilan perbuatan/tingkah laku tertentu. Apabila perbuatan/tingkah lakunya baik, maka cenderung diberikan penguatan dengan harapan agar tingkah laku itu diteruskan. Apabila perbuatan atau tingkah laku yang buruk, maka cenderung diberikan penguatan dengan harapan mengurangi/meniadakan hal – hal yang kurang menyenangkan, berikut adalah pengertian dari masing – masing penguatan/akibat dari tingkah laku anak selama pemberian penguatan berlangsung.
a)      Penguatan positif
Penguatan positif berupa memberikan stimulus positif, berupa ganjaran atau pujian terhadap perilaku atau hasil yang memang diharapkan, misalnya berupa ungkapan seperti “Nah seperti ini kalau mengerjakan tugas, tulisannya rapi mudah dibaca”. Jenis-jenis penguatan positif itu ada yang:
1.    Penguatan primer (dasar) yaitu penguatan-penguatan yang tidak dipelajari dan selalu diperlukan untuk berlangsungnya hidup, seperti, makanan, air, udara yang segar dan sebagainya. Suasana seperti ini dapat membentuk perilaku anak yang baik .
2.    Penguatan sekunder (bersyarat) yang menjadi penguat sebagai hasil proses belajar atau dipelajari, seperti diperhatikan, pujian (penguat sosial), nilai angka, rangking (penguatan simbolik), kegiatan atau permainan yang disenangi siswa (penguatan bentuk kegiatan).
Ilustrasi
·      Tingkah laku : Indah membuat tugas mengarangnya dengan baik dan ditulis rapi.
·      Penguatan positif : guru memuji pekerjaan Indah dan memberikan komentar bahwa   tugas yang ditulis Indah lebih mudah dibaca dibandingkan dengan ditulis secara tidak rapi.
·      Frekuensi tingkah laku yang dikuatkan itu meningkat : Untuk tugas – tugas berikutnya, Indah terus memperhatikan kerapian laporannya.
Kesimpulan : frekuensi tingkah laku yang diberikan penguatan positif cenderung akan meningkat
b)   Penghukuman
Penghukuman merupakan pemberian stimulus yang tidak menyenangkan untuk menghilangkan dengan segera perilaku anak yang tidak dikehendaki.
Tindakan hukuman dalam pemberian stimulus masih bersifat kontroversial (dipertentangkan). Sebagian menganggap bahwa hukuman merupakan alat yang efektif untuk dengan segera menghentikan tingkah laku yang tidak dikehendaki, sekaligus merupakan contoh “yang tidak dikehendaki” bagi anak lain. Sebagian lain melihat bahwa akibat sampingan dari hubungan pribadi antara orang tua (yang menghukum) dan anak (terhukum) menjadi terganggu, atau anak yang dihukum menjadi “Pahlawan” di mata teman-temannya.
Ilustrasi
·      Tingkah laku : Gayus mengumpulkan jawaban UTS 1 Bahasa Indonesianya yang kurang rapi.
·      Penghukuman : Guru memarahi Gayus karena tidak memperhatikan kerapian lembar jawaban UTS 1, mengatakan bahwa lembar jawaban yang tidak rapi susah dibaca, dan menyuruh Gayus membuat ulang jawabannya di lembar jawaban yang baru.
·      Frekuensi tingkah laku : untuk ujian – ujian selanjutnya Gayus memperhatikan kerapian lembar jawabannya.
Kesimpulan : frekuensi tingkah laku yang diberikan hukuman, akan cenderung menurun.
Pendekatan penghukuman ini dianggap bermanfaat bila untuk segera menghentikan, menghilangkan penampilan tingkah laku yang tak disukai untuk segera dan sambil melaksanakan sistem penguatan yang tepat bagi kelayakan penampilan perilaku tertentu yang disukai.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian stimulus pada anak dengan menggunakan pendekatan modifikasi perilaku teknik hukuman, yaitu :
1.    Agar anak merasa ikhlas apabila menerima hukuman, maka sebaiknya aturan pemberian hukuman dibuat bersama antara pendidik dengan anak .
2.    Pemberian hukuman hendaknya segera setelah terjadinya pelanggaran
3.    Apabila terdapat hal-hal yang potitif dalam diri anak yang melakukan pelanggaran, maka pemberian hukuman akan lebih baik jika dikombinasikan dengan teknik penguatan positif.
4.    setelah menghukum peserta didik, pendidik hendaknya bersikap wajar agar hubungan yang mungkin terganggu sebagai akibat pemberian hukuman dapat dipulihkan kembali.
5.    Pemberian hukuman hendaknya bervariasi agar peserta didik tidak menjadi jenuh atau kebal dengan hanya satu macam hukuman
Ada beberapa keuntungan dan kerugian pendekatan modifikasi prilaku teknik penghukuman yaitu sebagai berikut :
1.    Hukuman dapat menghentikan dengan segera tingkah laku anak yang menyimpang, dan dapat mencegah berulangnya kembali tingkah laku itu dalam waktu yang cukup lama.
2.    Hukuman berfungsi sebagai pemberi petunjuk kepada anak dengan kenyataan bahwa anak dibantu untuk segera mengetahui tingkah laku mana yang dapat diterima.
3.    Hukuman berfungsi sebagai pengajaran bagi anak-anak lain dengan kenyataan bahwa hukuman itu mungkin mengurangi kemungkinan anak-anak lain meniru tingkah yang mendapat hukuman itu.
c)    Penguatan Negative
Penguatan negative adalah berupa peniadaan tingkah laku yang tidak disukai (biasanya berupa hukuman) yang selalu diberikan kepada siswa, karena anak yang bersangkutan telah meninggalkan tingkah laku yang menyimpang. Dengan demikian diharapkan tingkah laku anak yang lebih baik itu akan ditingkatkan frekuensinya (Nurhadi, 1983: 177-180)


Ilustrasi
Pelatih ekstrakulikuler atletik menggunakan stimulasi aversi (stimulasi yang tidak menyenangkan) berupa para atlit harus berlari mengelilingi lapangan sebanyak sepuluh kali bila pemain melakukan kesalahan dalam latihan. Jika para atlit mampu berlatih sesuai instruksi pelatih, maka keharusan mengelilingi lapangan tersebut dapat dikurangi jumlahnya atau dihentikan.
Dengan demikian respon yang benar dari para atlit ditingkatkan atau dipelihara dengan penguatan negative.
Kesimpulan : frekuensi tingkah laku yang diberikan penguatan negative akan cenderung meningkat.
Ada beberapa hal yang perlu memperoleh perhatian dalam mengimplementasikan pengelolaan kelas dengan menggunakan pendekatan modifikasi perilaku teknik penguatan negative yaitu hindari pemberian stimulus yang menyakitkan, berikan stimulus secara bervariasi, berikan penguatan dengan segera, sasarannya jelas dan keantusiasan.
d)   Penghilangan
Penghilangan adalah upaya mengubah perilaku peserta didik dengan cara menghentikan pemberian respon terhadap suatu perilaku peserta didik (anak) yang semula dilakukan dengan respon tersebut. Pengilangan ini menghasilkan penurunan frekuensi tingkah laku yang semula mendapat penguatan.
Ilustrasi
Angga yang selalu mendapat nilai terbaik disetiap ujian matematika, sebelumnya memperoleh pujian dari guru (tingkah laku siswa yang sebelumnya mendapat penguatan). Pada  saat guru membagikan hasil ujian matematika angga, guru hanya memberikannya tanpa komentar (menahan pemberian penguatan positif). Untuk ujian matematika selanjutnya, nilai yang diperoleh tidak menjadi yang tebaik.
Kesimpulan : frekuensi tingkah laku yang telah mendapat penguatan menjadi menurun.
e)    Penundaan
Penundaan merupaan tindakan tidak jadi memberikan ganjaran atau pengecualian pemberian ganjaran untuk anak tertentu. Penundaan seperti ini menurunkan frekuensi penguatan dan menurunkan frekuensi tingkah laku yang dimaksud itu.


Referensi:
Anni, catharina Tri. 2007. Psikologi Belajar.Semarang: UPT Unnes press.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar