1. Beton
Beton adalah suatu campuran yang terdiri dari pasir,
kerikil, batu pecah, atau agregat-agregat lain yang dicampur menjadi satu
dengan suatu pasta yang terbuat dari semen dan air membentuk suatu massa mirip
batuan. Terkadang, satu atau lebih bahan aditif
ditambahkan untuk menghasilkan beton dengan karakteristik tertentu,
seperti kemudahan pengerjaan (workability), durabilitas, dan waktu pengerasan
(McCormac, 2000:1).
Kekuatan, keawetan, berat jenis, dan sifat lainnya pada
beton sangat dipengaruhi oleh komposisi dan kualitas bahan-bahan penyusunnya.
Mulyono (2007:3), menyatakan bahwa
“Parameter-parameter yang paling mempengaruhi kekuatan beton
adalah: a). Kualitas semen, b). Proporsi semen terhadap campuran, c). Kekuatan
dan kebersihan agregat, d). Interaksi atau adhesi antara pasta semen dengan
agregat, e). Pencampuran yang cukup dari bahan-bahan pembentuk beton, f).
Penempatan yang benar, penyelesaian dan pemadatan beton, g). Perawatan beton,
dan h). Kandungan klorida tidak melebihi 0,15% dalam beton yang diekspos dan 1%
bagi beton yang tidak di ekspos (1985:24)”
Beton merupakan batuan buatan yang memiliki kuat tekan yang
tinggi dan kuat tarik yang sangat rendah. Mulyono (2007:5), menyatakan bahwa
“Nilai kuat tekan beton
dengan kuat tariknya tidak berbanding lurus. Setiap usaha perbaikan mutu
kekuatan tekan hanya
disertai oleh peningkatan yang kecil dari kuat tariknya. Menurut perkiraan kasar, nilai kuat tarik
berkisar antara 9%-15% kuat tekannya. Nilai pastinya sulit diukur. Pendekatan
hitungan biasanya dilakukan dengan menggunakan modulus of rapture, yaitu tegangan tarik beton yang muncul saat
pengujian tekan beton normal (normal
concrete).”
Beton normal yang dibuat
agregat normal mempunyai berat jenis sekitar 2,3 – 2,4. Apabila dibuat dengan pasir atau kerikil yang ringan
atau diberikn rongga udara maka berat jenis beton bisa kurang dari 2,0.
Jenis-jenis beton menurut berat jenisnya dan macam-macam pemakaiannya dapat
dilihat pada tabel di bawah ini
Jenis beton
|
Berat jenis
|
Pemakaian
|
Beton
sangat ringan
|
< 1,00
|
Non
struktur
|
Beton
ringan
|
1,00 – 2,00
|
Struktur
ringan
|
Beton
normal (biasa)
|
2,30 – 2,40
|
Struktur
|
Beton
berat
|
> 3,00
|
Perisai sinar X
|
2. Beton
Ringan
Menurut SK SNI T-15-1991-03,
beton ringan adalah beton yang mengandung agregat ringan yang mempunyai berat
isi tidak lebih dari 1900 kg/m3.
Beton ringan didapat dari
pencampuran bahan-bahan agregat halus dan kasar yaitu pasir, batu kerikil (batu
apung) atau bahan semacam lainnya, dengan menambahkan secukupnya bahan perekat
semen, dan air sebagai bahan pembantu, guna keperluan reaksi kimia selama
proses pengerasan dan perawatan beton berlangsung. (Dipohusodo, 1994)
Ada beberapa metode yang
dapat digunakan untuk mengurangi berat jenis beton atau membuat beton lebih
ringan antara lain sebagai berikut (Tjokrodimuljo, 1996) :
1.
Dengan membuat
gelembung-gelembung gas/udara dalam adukan semen. Dengan demikian akan terjadi
banyak pori-pori udara di dalam betonnya. Bahan tambahan khusus (pembentuk
gelembung udara dalam beton) ditambahkan ke dalam semen dan akan timbul
gelembung-gelembung udara.
2.
Dengan menggunakan
agregat ringan, misalnya tanah liat bakar, dan batu apung. Dengan demikian
beton yang terjadipun akan lebih ringan daripada beton normal.
3.
Pembuatan beton tidak
dengan butir-butir agregat halus. Dengan demikian beton ini disebut “beton non
pasir” dan hanya dibuat dari semen dan agregat kasar saja (dengan butir
maksimum agregat kasar sebesar 20 mm atau 10 mm). Beton ini mempunyai pori-pori
yang hanya berisi udara (yang semula terisi oleh butir-butir agregat halus).
3. Beton
non Pasir
Menurut Kardiyono (2007),
beton non pasir (no fines concrete) ialah bentuk sederhana dari jenis beton
ringan yang dalam pembuatannya tidak dengan agregat halus. Tidak digunakannya
agregat halus dalam komposisi beton ini menyebabkan berkurangnya berat jenis
beton tersebut. Hal ini dikarenakan
munculnya pori pada beton tersebut yang bisa mencapai 20 – 25 persen.
Kelebihan utama dari
pemakaian beton non pasir ini adalah:
a) Lebih
bersifat isolasi panas
b) Cara
pembuatannya yang lebih cepat dan sederhana
c) Bobotnya
yang ringan
d) Susutnya
yang hanya sedikit
e) Tidak
ada kecenderungan untuk bersegregasi sehingga dapat di jatuhkan dengan tinggi
jatuh yang lebih tinggi
f) Kebutuhan
semen sedikit (karena tidak ada pasir, maka luas permukaan butir agregat
berkurang sehingga kebutuhan semen hanya sedikit)
g) Mudah
meloloskan air
h) Porositas
pada beton non pasir mengakibatkan kekuatan beton tersebut berkurang. Selain
itu, hal ini juga menyebabkan tidak memungkinkannya penggunaan baja tulangan
sebagai bahan komposit beton non pasir karena akan memicu percepatan korosi
pada baja tersebut.
Berat jenis beton non-pasir
dipengaruhi oleh gradasi agregat yang dipakai dan berkisar antara 60-75% dari
beton biasa. Agregat kasar yang dipakai pada umumnya berukuran 10 mm sampai 20
mm. Pemakaian agregat dengan gradasi rapat dan permukaan yang tajam (batu
pecah) akan menghasilkan beton non-pasir dengan kuat tekan dan berat jenisnya
sedikit lebih tinggi daripada memakai agregat seragam dan bulat (kerikil).
Faktor air semen pada beton
non-pasir tidak terlalu besar berkisar antara 0,36 sampai 0,46 karena jika
faktor air semen terlalu rendah maka pasta semennya tidak akan cukup untuk
menyelimuti permukaan dari agregat kasarnya, sedangkan jika faktor air semen
terlalu tinggi maka pasta semen akan terlalu encer sehingga pada saat pemadatan
pasta semen akan mengendap di bagian bawah.
Karena kuat tekannya yang
relatif rendah maka sampai saat ini beton non-pasir hanya dipakai untuk bagian
non-struktur, misalnya bata beton atau dinding tembok, namun kadang-kadang
dipakai pula untuk bagian struktur ringan (rumah sederhana).
Referensi:
Mulyono, T. 2007. Teknologi Beton. Yogyakarta: ANDI
Tjokrodimuljo, K. 2007. Teknologi Beton. Cetakan Pertama. Yogyakarta: KMTS FT Universitas Gajah Mada
Trisnoyuwono, Diarto. 2014. Beton Non-Pasir. Cetakan Ke I. Yogyakarta: Graha Ilmu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar